Menu

Mode Gelap
Dukung Program Nasional, Gubernur Rohidin Gelar Konsolidasi Pertemuan PPL se-Provinsi Bengkulu Kesiapsiagaan Bencana, PMI Bengkulu Gelar Kompetisi Relawan 2024 Tanggapi Keluhan Juru Parkir, Rohidin: Kami Tidak Akan Mengambil Keuntungan dari Masyarakat  Dorong Inovasi untuk Indonesia, PTPP Raih Penghargaan Fortune 100 Laporan Ratusan Kades Langsung Direspon Bawaslu Bengkulu, Masuk Tahap Kajian Awal Tak kunjung Launching, Dewan Mukomuko dr Ferdy Jureli Tinjau Langsung Kondisi RS Pratama Ipuh

Politik

Slogan Bantu Rakyat Dalam Bayang-bayang 10 Tahun Kemiskinan di Kota Bengkulu

badge-check


Beni Ardiansyah S.IP Perbesar

Beni Ardiansyah S.IP

Satujuang- 10 tahun terakhir selama kepemimpinan ternyata jadi penyumbang tertinggi angka kemiskinan di Provinsi .

“Menjadi pertanyaan penting, kenapa dalam 10 tahun terakhir terus-terusan menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan,” ungkap Beni Ardiansyah S.IP, Minggu (15/9/24).

Beni menuturkan, kondisi ini tentunya tak lepas dari seberapa optimal peran Walikota dan Wakil Walikota dalam mengupayakan penurunan angka kemiskinan di .

Dalam kurun 10 tahun terakhir, kata Beni, seperti diketahui ibu kota provinsi ini, dipimpin oleh , dengan tema yang didengungkan “Religius dan Bahagia Menginpirasi Nusantara”.

“Sepertinya tema ini masih jauh dari harapan untuk penentasan kemiskinan yang ada di Kota Bangkulu, karena 10 tahun terakhir masih menjadi wilayah penyumbang angka kemiskinan terbesar di Provinsi ,” bebernya.

Beni menjelasakan, berdasarkan data BPS pada tahun 2023 jumlah masyarakat miskin di Provinsi ada sebanyak 288 ribu jiwa, dan 56 ribu jiwa atau 19 persen masyarakat miskinnya ada di .

Data kemiskinan ini menujukan bagaimana korelasi program-program yang dibuat tidak dapat menyentuh masalah yang ada di terutama dalam pengentasan angka kemiskinan.

“Ini soal keberpihakan kepala daerah terhadap rakyatnya,” tegas Beni.

“Beberapa tahun disaat wabah pemerintah menghabiskan miliaran uang untuk membeli dan membagikan mie istan kepada rakyatnya secara gratis namun program itu sebenarnya hanya kamuflase keberpihakan,” paparnya.

Trending di Politik