Menu

Mode Gelap
Dukung Program Nasional, Gubernur Rohidin Gelar Konsolidasi Pertemuan PPL se-Provinsi Bengkulu Kesiapsiagaan Bencana, PMI Bengkulu Gelar Kompetisi Relawan 2024 Tanggapi Keluhan Juru Parkir, Rohidin: Kami Tidak Akan Mengambil Keuntungan dari Masyarakat  Dorong Inovasi untuk Indonesia, PTPP Raih Penghargaan Fortune 100 Laporan Ratusan Kades Langsung Direspon Bawaslu Bengkulu, Masuk Tahap Kajian Awal Tak kunjung Launching, Dewan Mukomuko dr Ferdy Jureli Tinjau Langsung Kondisi RS Pratama Ipuh

SJ News

APVI: Regulasi Baru Akan Merugikan UMKM Tembakau Alternatif

badge-check


APVI: Regulasi Baru Akan Merugikan UMKM Tembakau Alternatif Perbesar

APVI: Regulasi Baru Akan Merugikan UMKM Tembakau Alternatif

Satujuang- Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menilai bahwa kebijakan larangan penjualan produk tembakau alternatif di , akan sangat memberatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah () yang bergerak di industri ini.

“Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan,” ujar Sekretaris Jenderal APVI, Garindra Kartasasmita.

Ia menyatakan bahwa industri produk tembakau alternatif sebagian besar terdiri dari pelaku yang berbasiskan komunitas.

Larangan ini, menurutnya, akan mempersempit ruang usaha untuk mengedukasi konsumen.

Garindra juga mengkritik sejumlah pasal dalam PP 28/2024 dan aturan turunannya, khususnya Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK), yang dinilai berpotensi merugikan industri.

Salah satu pasal dalam PP 28/2024 melarang penjualan produk tembakau alternatif melalui dan situs web komersial, yang dianggap akan menghambat usaha dalam memerangi produk ilegal serta mengedukasi konsumen dewasa.

Selain itu, ketentuan RPMK tentang kemasan polos tanpa merek untuk produk tembakau dan rokok elektronik juga dinilai memberatkan pengusaha kecil dan menengah.

Garindra mengungkapkan bahwa saat ini penjualan mereka sudah menurun hingga 50 persen secara month to month, dan penggunaan merupakan alat penting untuk menjangkau konsumen dewasa yang banyak aktif di platform tersebut.

APVI bersama 19 organisasi lainnya telah menandatangani petisi menolak ketentuan kemasan polos serta beberapa pasal dalam PP 28/2024.

Trending di SJ News