Menu

Mode Gelap
Dukung Program Nasional, Gubernur Rohidin Gelar Konsolidasi Pertemuan PPL se-Provinsi Bengkulu Kesiapsiagaan Bencana, PMI Bengkulu Gelar Kompetisi Relawan 2024 Tanggapi Keluhan Juru Parkir, Rohidin: Kami Tidak Akan Mengambil Keuntungan dari Masyarakat  Dorong Inovasi untuk Indonesia, PTPP Raih Penghargaan Fortune 100 Laporan Ratusan Kades Langsung Direspon Bawaslu Bengkulu, Masuk Tahap Kajian Awal Tak kunjung Launching, Dewan Mukomuko dr Ferdy Jureli Tinjau Langsung Kondisi RS Pratama Ipuh

Khazanah

Kisah Sekawanan Harimau Mengamuk di Semidang Bukit Kabu Bengkulu

badge-check


dok.instagram/@kementerianlhk/https://www.instagram.com/p/CL13z6rMilX/Komarudin Perbesar

dok.instagram/@kementerianlhk/https://www.instagram.com/p/CL13z6rMilX/Komarudin

Satujuang.com – Dikisahkan pada tahun 1938, di Semidang Bukit Kabu ada seorang tokoh Pemuka Masyarakat setempat bernama Wak Mas Diah.

Wak Mas Diah merupakan seorang yang berilmu, ia menjabat sebagai juru tulis Pasirah (kepala pemerintahan marga) kala itu.

Tragedi mengamuknya harimau (setuo dalam penamaan masyarakat), diawali saat seekor harimau yang memangsa kerbau sangat besar milik warga setempat.

Kejadian itu pun membuat masyarakat heboh dan panik.

Atas kejadian itu, oleh Wak Mas Diah dipasanglah perangkap untuk menjebak sang harimau.

Ia menggunakan umpan dari sisa bangkai kerbau yang telah di mangsa oleh harimau itu sendiri.

Saat itu Wak Mas Diah seorang diri mengintai sang harimau dengan bermodalkan pedang, tombak dan senjata api jenis kecepek.

Yang ditunggu pun datang, sosok harimau jantan besar tinggi itu menampakan tubuhnya mendekati umpan potongan bangkai kerbau yang dipasang oleh Wak Mas Diah.

Melihat kehadiran harimau, Wak Mas Diah pun tidak tinggal diam, dengan menggunakan senjata kecepek miliknya, Wak Mas Diah membidik lalu menembak sang harimau.

Harimau pun mati, Wak Mas Diah kemudian memancung batang leher harimau menggunakan pedangnya.

Kepala harimau yang sudah terpenggal, dibawanya ke kampung dusun dekat jalan simpang 3 karang nanding, kemudian dia gantung didekat gardu desa.

Kepala harimau tersebut digantung selama 4 hari disana, setiap warga masyarakat kawasan Semidang yang melintas memukul kepala harimau dengan pentungan kayu yang sudah disediakan.

Sebagai tanda kekesalan mereka atas ulah harimau yanag memangsa ternak mereka.

Trending di Khazanah