Oleh : Agustam Rachman MAPS
27 Desember 1945. Tepat pukul 00.00 WIB Kota Curup (sekarang masuk Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu) gelap gulita karena listrik sengaja dimatikan oleh para pejuang.
Zakaria Kamidan waktu itu berpangkat Letnan bergerak paling depan memimpin pasukannya.
Misinya menyerang markas Jepang di Pesanggerahan (lokasinya sekarang menjadi GOR Curup) untuk membebaskan seorang TKR (Tentara Keamanan Rakyat) bernama Bakaruddin Tuib yang ditawan Jepang.
Di mata para pejuang, penahanan Bakaruddin Tuib ini merupakan soal harga diri sebagai bangsa yang berdaulat, penahanan ini menunjukkan pihak Jepang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Di tengah gencarnya suara tembak-menembak antara TKR, laskar BPRI (Barisan Pelopor Rakyat Indonesia), laskar API (Angkatan Pemuda Indonesia) melawan tentara Jepang.
Dengan gerakan senyap, Zakaria Kamidan dan dua orang anak buahnya menyelinap menuju ke sebuah ruangan kecil di Pesanggerahan.
Tiga serdadu Jepang menghadang dengan sangkur terhunus, tapi sungguh malang, ketiganya rebah, darahnya menggenangi lantai.
Ketiganya nyaris bernasib sama, leher terkoyak dan ususnya terburai oleh senjata kerambit Bengkulu yang sengaja dibawa oleh Zakaria Kamidan dan dua prajuritnya.
Ditangan ahlinya, kerambit merupakan senjata mematikan untuk pertarungan jarak dekat.
Senjata kerambit ukurannya kecil, melengkung mirip kuku harimau merupakan senjata andalan pejuang waktu itu selain sewar, keris dan pedang (lihat M.Z. Ranni, Perlawanan Terhadap Penjajahan dan Perjuangan Menegakkan Kemerdekaan Indonesia di Bumi Bengkulu, Balai Pustaka,1990, hal. 68).