Satujuang- Sejumlah pakar menyoroti bahaya Bisphenol A (BPA) yang terdapat dalam galon guna ulang dan kemasan plastik berbahan polikarbonat dengan kode plastik nomor 7.
BPA diyakini dapat menyebabkan risiko serius seperti kanker, masalah kesehatan otak, autisme, gangguan prostat, serta perubahan perilaku pada anak-anak.
Menurut Prof. Junaidi Khotib dari Universitas Airlangga, konsentrasi BPA dalam darah dan urin berkaitan erat dengan gangguan pada sistem hormonal, saraf, dan mental anak-anak.
Pelepasan partikel BPA dari kemasan primer ke makanan atau minuman yang bersentuhan langsung dapat menyebabkan partikel BPA masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi tersebut.
Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, menegaskan bahwa BPA berpotensi mengancam kesehatan anak-anak, bayi, balita, dan janin karena mereka belum memiliki sistem imun yang matang.
Dr. Agustina Puspitasari dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan bahwa migrasi BPA ke makanan atau minuman dapat berdampak serius terutama pada perkembangan hormonal, kelenjar prostat, dan fungsi otak pada janin, bayi, dan anak-anak.
BPA juga dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Bahkan, BPA dapat kontaminasi air susu ibu bahkan saat bayi masih dalam kandungan.
IDI merekomendasikan kepada pemerintah, industri, dan masyarakat untuk memberlakukan label keberadaan BPA pada kemasan makanan dan minuman, berkonsultasi dengan Badan POM RI terkait regulasi penggunaan BPA, memilih kemasan plastik yang bebas dari BPA (termasuk air minum dalam kemasan).
Serta menghindari penggunaan dan pencucian botol plastik berulang kali dalam suhu tinggi. Hal ini diharapkan dapat melindungi kesehatan masyarakat dari dampak negatif BPA yang berpotensi merugikan.(Red/detik)