Menu

Mode Gelap
Dukung Program Nasional, Gubernur Rohidin Gelar Konsolidasi Pertemuan PPL se-Provinsi Bengkulu Kesiapsiagaan Bencana, PMI Bengkulu Gelar Kompetisi Relawan 2024 Tanggapi Keluhan Juru Parkir, Rohidin: Kami Tidak Akan Mengambil Keuntungan dari Masyarakat  Dorong Inovasi untuk Indonesia, PTPP Raih Penghargaan Fortune 100 Laporan Ratusan Kades Langsung Direspon Bawaslu Bengkulu, Masuk Tahap Kajian Awal Tak kunjung Launching, Dewan Mukomuko dr Ferdy Jureli Tinjau Langsung Kondisi RS Pratama Ipuh

SJ News

Kisah Inspiratif Prof. Sukir Maryanto, Dari Penjual Dawet ke Guru Besar Vulkanologi

badge-check


Kisah Inspiratif Prof. Sukir Maryanto, Dari Penjual Dawet ke Guru Besar Vulkanologi Perbesar

Kisah Inspiratif Prof. Sukir Maryanto, Dari Penjual Dawet ke Guru Besar Vulkanologi

Satujuang- Prof. Sukir Maryanto, S.Si, M.Si, Ph.D., adalah contoh nyata dari prinsip pantang menyerah.

Lahir di , , pada 21 Juni 1971, Prof. Sukir telah menghadapi banyak tantangan dalam hidupnya.

Berkat semangatnya yang gigih, ia berhasil mencapai puncak karier akademis sebagai Guru Besar di bidang Vulkanologi dan Geothermal di Universitas Brawijaya.

Sejak muda, Sukir memiliki kecintaan mendalam terhadap ilmu fisika dan minat khusus pada vulkanologi.

Ia menyadari bahwa 13 persen gunung api di dunia berada di Indonesia, menjadikannya area studi yang penting baik dari segi potensi bahaya maupun energi.

Menurut Sukir, mempelajari gunung api bukan hanya sekadar ilmu, melainkan juga tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan.

Perjalanan menuju gelar profesor tidak mudah bagi Sukir. Ia menghadapi berbagai rintangan, termasuk kesulitan ekonomi yang hampir membuatnya menyerah.

Sejak kecil, Sukir membantu keluarganya berjualan makanan dan terus bekerja keras meski harus merantau ke untuk bergabung dengan orang tuanya yang sakit.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMA PGRI Batu, , dengan menjual dawet untuk membiayai sekolahnya.

Setelah lulus SMA, Sukir merantau ke untuk mencari beasiswa, namun gagal. Ia bekerja sebagai operator mesin selama satu tahun sebelum diterima di Jurusan Fisika Universitas Brawijaya.

Selama kuliah, Sukir tetap berdagang dan menabung, bahkan sempat cuti kuliah selama setahun untuk bertemu keluarga.

Ketekunannya membuahkan hasil, dan ia melanjutkan studi hingga jenjang doktoral dengan beasiswa.

Trending di SJ News