Satujuang- Musim kedua House of the Dragon berakhir dengan cara yang mirip dengan musim pertamanya: dengan kubu Targaryen yang terbelah, Black dan Green, bersiap menghadapi perang.
Namun, banyak penonton merasa musim ini mengecewakan karena kurangnya perkembangan signifikan dibandingkan musim pertama.
Walaupun trailer menjanjikan aksi besar dan pertempuran epik antara naga-naga, musim kedua hanya menampilkan satu pertempuran besar di Rook’s Rest di episode 4.
Episode 4, “The Red Dragon and the Gold,” menjadi sorotan utama musim ini dengan pertarungan naga yang dinanti-nantikan, yang juga membuatnya menjadi episode dengan rating tertinggi.
Setelah itu, musim kedua kembali ke dinamika awal dengan banyak dialog dan sedikit aksi, terutama menjelang episode terakhir yang dianggap antiklimaks oleh banyak penggemar.
Banyak yang merasa bahwa tambahan satu atau dua episode lagi akan memungkinkan penulis untuk menyajikan satu pertempuran besar lagi dan mengakhiri musim dengan cliffhanger yang lebih menggugah rasa penasaran.
Meskipun begitu, musim kedua House of the Dragon tidak sepenuhnya buruk. Tempo yang lebih lambat dibandingkan musim pertama memberikan kesempatan untuk menggali strategi dan konsekuensi perang.
Serta menyoroti isu-isu patriarki dan misogini yang dihadapi para pemimpin wanita seperti Rhaenyra Targaryen dan Alicent Hightower.
Karakter-karakter ini, bersama dengan Criston Cole, diperlihatkan dengan lebih mendalam, menambah nuansa pada konflik yang ada.
Musim ini juga menampilkan adegan-adegan yang menarik dan humor-humor kecil yang menyegarkan, terutama dari karakter Simon Strong, yang menjadi MVP musim ini.