Jakarta- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana memasukkan ikan kaleng dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya meningkatkan asupan protein dan gizi masyarakat di seluruh Indonesia.
Ikan kaleng dipilih karena dianggap dapat membantu mengatasi masalah keterbatasan akses terhadap bahan baku ikan segar, khususnya di wilayah-wilayah terpencil.
Ikan kaleng merupakan produk olahan ikan yang diawetkan melalui proses pemanasan dan disterilisasi dalam kemasan kedap udara.
Proses ini mampu menjaga kualitas dan keawetan ikan, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Namun, dokter spesialis gizi mengingatkan adanya beberapa risiko dalam konsumsi ikan kaleng jika tidak diperhatikan dengan baik.
Dokter Tan Shot Yen menyebutkan bahwa ikan kaleng biasanya ditambahkan bumbu-bumbu seperti garam dan minyak dalam proses pengolahannya.
Tambahan garam yang berlebihan berpotensi menurunkan nilai gizi serta menimbulkan masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Hal ini senada dengan pendapat dr. Johanes Chandrawinata, yang menambahkan bahwa pemanasan pada proses pengalengan dilakukan di bawah tekanan tinggi untuk mencegah pertumbuhan mikroba.
Namun, ikan kaleng yang dikemas dengan air (spring water) dan rendah garam bisa lebih baik dari segi kandungan gizinya dan mendekati ikan segar matang.
Dr. Johanes juga mengingatkan pentingnya memilih ikan kaleng dengan kondisi fisik yang baik.
Jika kaleng penyok, ada risiko kontaminasi bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan botulisme—keracunan serius yang mengancam nyawa.