Satujuang- Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965 merupakan salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia, di mana enam jenderal dan satu perwira TNI AD diculik dan dibunuh dalam satu malam.
Jenazah mereka kemudian dibuang ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur. Partai Komunis Indonesia (PKI) langsung dituduh sebagai dalang di balik peristiwa tersebut.
Tuduhan terhadap PKI berakar dari isu yang beredar tentang keberadaan Dewan Jenderal dalam tubuh TNI AD, yang diduga merencanakan kudeta terhadap Presiden Soekarno.
PKI, yang memiliki jaringan dalam militer, mendapatkan informasi ini dan memutuskan untuk mengambil tindakan preventif.
Dalam rencana awal, mereka berusaha menculik para jenderal yang dianggap berbahaya untuk dihadapkan kepada Soekarno.
Namun, rencana itu berakhir tragis ketika para jenderal dibunuh dan tubuh mereka disembunyikan.
Pascaperistiwa, petinggi militer segera menuding PKI sebagai pelaku utama. Keyakinan ini semakin menguat setelah percakapan di kalangan militer yang mencurigai Letkol Untung sebagai salah satu pemimpin G30S.
Tuduhan ini semakin meluas, dan masyarakat cepat mempercayainya. Dalam situasi krisis ini, Soeharto muncul sebagai tokoh yang mengambil alih kekuasaan, meminta Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966) dari Soekarno untuk mengatasi keadaan.
Akibat dari peristiwa G30S, pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto melancarkan aksi penumpasan terhadap PKI dan para simpatisannya, mengklaim bahwa mereka adalah satu-satunya dalang dari tragedi tersebut.