Satujuang- Badan Pangan Nasional (Bapanas) fokus pada ekspor dan pembangunan ekosistem bawang merah dari hulu hingga hilir untuk meningkatkan produksi.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pemerintah bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman berkomitmen menjaga harga petani dan menyiapkan pembeli standby.
Bawang merah bukan hanya untuk konsumsi lokal tetapi juga komoditas ekspor penting. Jika stok melimpah, ekspor akan dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan.
Pemerintah memanfaatkan tren peningkatan produksi bawang merah di sentra produksi seperti Brebes, Jawa Tengah.
Fokus utama adalah menjaga harga di tingkat produsen dan melakukan ekspor sebagai strategi tambahan.
Di Brebes, bawang merah disiapkan untuk ekspor ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam dengan spesifikasi tertentu.
Proses grading dan sortasi melibatkan hingga 200 pekerja, dengan target ekspor hingga 7 kontainer per minggu.
Arief menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan hasil produksi petani dimanfaatkan dengan baik.
Bapanas, bersama Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, dan BUMN pangan, telah menjalin komitmen offtake sebanyak 12.500 ton bawang merah.
Terdiri dari Perum Bulog (10 ribu ton), ID FOOD (2 ribu ton), dan BUMD Jawa Tengah (500 ton).
Ini bertujuan untuk memastikan kepastian serapan hasil produksi dan mencegah penurunan harga bawang merah di tingkat petani.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) pada Juli 2024 berada di angka 120,44, lebih tinggi dibandingkan awal tahun.
Indeks harga bawang merah di Juli juga menunjukkan angka 155,27, meningkat dari Januari 2024 yang berada di 147,68.
Bapanas memastikan harga pembelian bawang merah di gudang penyimpanan sebesar Rp16.000 per kilogram, dengan cakupan yang tidak terbatas hanya di Brebes tetapi juga di daerah sentra produksi lainnya.
Selanjutnya, akan ada perjanjian kerja sama antara BUMN pangan dan Champion Bawang Merah untuk memastikan implementasi komitmen berjalan lancar.(Red/antara)