Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Ahmad Basarah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kota Batu telah berhasil melestarikan dan melindungi kebudayaan asli yang ada melalui berbagai acara dan promosi wisatanya.
“Kalau budaya asli indonesia tidak dilindungi dan tidak dilestarikan, akan tergerus oleh budaya-budaya asing. Terima kasih kepada Bu Wali Kota dan Bapak Wakil Wali Kota yang telah menjalankan tugas hingga saat ini, dan berhasil melindungi budaya asli Kota Batu,” kata Ahmad Basarah.
Selanjutnya Wali Kota Batu menyerahkan gunungan wayang sebagai simbol dimulainya pagelaran wayang kulit oleh Ki Dalang Dr. Supriyanto, SH, MH.
Dalam lakon “Semar Mbangun Kayangan”, ketokohan semar digambarkan sebagai simbol wong cilik atau rakyat jelata yang mencoba membangun kayangan.
Kayangan yang dimaksud oleh Semar bukanlah istana megah (kekuasaan), melainkan untuk mengembalikan sikap pemimpin untuk berorientasi pada rakyatnya.
Dimana pemimpin harus memiliki rasa asah, asih, asuh, ngopeni (memelihara) dan ngayemi (memakmurkan). Tujuannya untuk terciptanya negeri makmur, adil, sejahtera, sentosa, dan gemah ripah loh jinawi (diskominfo/dws).