Satujuang- Yayasan Penjaga Pantai dan Hutan Tropis Bengkulu (PPHTB) usai dilantik gubernur Bengkulu beberapa waktu lalu nampaknya mulai menunjukkan eksistensinya.
Pada pergerakan awal, pihak yayasan menyebut akan menyoroti kegiatan penambangan emas yang akan dilaksanakan di kabupaten Seluma.
Persoalan utama yang menjadi fokus mereka adalah penggunaan zat merkuri pada aktivitas penambangan yang beresiko mencemari lingkungan dan berbahaya untuk kesehatan masyarakat sekitar tambang.
“Kita menyoroti kemungkinan dampak pencemaran lingkungan yang akan terjadi di sekitar wilayah penambangan yang menggunakan merkuri,” ungkap Ketua Umum Yayasan PPHTB, Rahman Tamrin, Selasa (2/8/24).
Sebab kata dia, merkuri adalah Zat yang bisa membawa dampak yang sangat buruk bagi masyarakat disekitar tambang, teruma bagi masyarakat desa Lintang Manna dan Tanjung Sakti.
Limbah dari zat merkuri tidak hanya dapat mencemari air, tetapi juga bahan pangan, binatang ternak hingga udara yang membahayakan kesehatan manusia.
Ahli Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Yayasan PPHTB, Pahrizal, lebih lengkap menjelaskan terkait penggunaan merkuri.
“Di Indonesia, masih banyak yang belum memahami bahaya merkuri. Penggunaan zat berbahaya ini untuk kebutuhan tambang emas sangat tinggi, bahkan mencapai 60 persen,” terang Pahrizal.
Pahrizal menjelaskan, pelepasan senyawa merkuri paling cepat melalui udara, air dan juga tanah. Sehingga, masyarakat yang tinggal didekat kawasan pertambangan emas, memiliki potensi tinggi terkena dampak negatif dari penggunaan zat berbahaya ini.
Dari paparan pelepasan senyawa merkuri tersebut itulah kemudian yang banyak menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia khususnya masyarakat kabupaten Seluma.
“Sebagai salah satu bagian dari fungsi dan tugas yayasan kami, maka kami sepakat untuk mengawal aktivitas penambangan emas di Seluma,” imbuhnya.
Merkuri atau sering disebut juga dengan air raksa, merupakan jenis logam yang tersebar di alam dan terkandung pada biji tambang, batu-batuan, air, tanah hingga udara.
Merkuri yang terkandung di dalam udara, tanah ataupun air sebenarnya berkadar sangat rendah. Namun, banyak kegiatan manusia yang menyebabkan kadar merkuri menjadi semakin meningkat, salah satunya seperti kegiatan penambangan emas Potensi.
Para penambang emas biasanya memanfaatkan merkuri untuk menghasilkan emas yang lebih banyak. Padahal, jika mereka sadari melakukan kontak langsung dengan merkuri dapat berdampak buruk, menyebabkan berbagai penyakit berbahaya bahkan bisa mengancam jiwa.
“Kita akan turun ke lapangan, melakukan kontrol agar mereka melakukan Penambangan sesuai dengan KSOP, Juklak dan Juknis penambangan emas,” pungkasnya. (Red)