Satujuang- Pada tahun 2023, pembayaran tebusan akibat serangan ransomware mencapai rekor tertinggi sebesar 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp 17,8 triliun).
Menurut laporan Chainalysis, perusahaan data blockchain dari New York, angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun 2022 yang sebesar 567 juta dolar AS (Rp 9,1 triliun).
Pelaku ransomware kini semakin menargetkan perusahaan besar dan infrastruktur penting, seperti British Airways, dengan strategi “memburu hewan besar” yang menuntut tebusan lebih besar per serangan.
Serangan ransomware juga menargetkan berbagai sektor, termasuk sekolah, rumah sakit, dan kasino.
Contohnya, Caesars Entertainment dan MGM Resorts International, dua perusahaan kasino besar, mengalami serangan siber pada September 2023 yang mengakibatkan kerugian dan biaya pemulihan signifikan.
MGM Resorts, misalnya, mengeluarkan biaya sebesar 100 juta dolar AS (Rp 1,6 triliun) untuk mengatasi dampak serangan tersebut.
Di Indonesia, pada Juni 2024, Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) diserang oleh kelompok ransomware Brain Cipher.
Serangan ini menyebabkan gangguan pada layanan publik, termasuk urusan imigrasi di bandara.
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak membayar tebusan sebesar Rp 131 miliar yang diminta, dan Brain Cipher kemudian merilis kunci pembuka data secara gratis. Kominfo mengklaim bahwa kunci tersebut efektif.
Di tingkat internasional, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS (sekitar Rp 161 miliar) untuk informasi yang dapat membantu menemukan pemimpin kelompok ransomware Hive, yang telah memeras lebih dari 100 juta dolar AS.
Departemen Kehakiman AS berhasil membubarkan Hive pada Januari 2023.(Red/kumparan)