Jakarta- Media sosial kembali dihebohkan dengan kabar bahwa pewarna rambut bisa menjadi pemicu penyakit autoimun.
Autoimun merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel sehat, menyebabkan berbagai gejala seperti nyeri sendi, kelelahan, kabut otak, hingga kerusakan jaringan dan saraf.
Isu ini semakin diperkuat oleh kesaksian seorang pasien yang menduga kebiasaannya mewarnai rambut dan melakukan nail art memicu kondisi autoimunnya.
Menanggapi hal ini, pakar imunologi Prof. Dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI, membenarkan bahwa pewarna rambut bisa menjadi salah satu faktor pencetus autoimun.
“Bisa jadi faktor pencetus,” ujarnya, Selasa (24/12/20).
Pernyataan ini sejalan dengan temuan dalam jurnal Hair dyes as a risk for autoimmunity: from systemic lupus erythematosus to primary biliary cirrhosis yang dipublikasikan di National Library of Medicine.
Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa zat kimia dalam pewarna rambut dapat memicu perkembangan beberapa penyakit autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE) dan sirosis bilier primer (PBC).
Pewarna rambut diketahui mengandung bahan-bahan kimia berbahaya seperti amonia, peroksida, timbal asetat, toluena, dan P-phenylenediamine.
Zat-zat ini dapat merusak sistem endokrin, mengiritasi sistem pernapasan, hingga menyebabkan neurotoksisitas.
Penelitian pada hewan juga menunjukkan bahwa paparan zat ini dapat meningkatkan peradangan dan aktivitas sel T, yang berkontribusi pada gangguan autoimun.
Meskipun penelitian masih terus berlangsung dan hasilnya belum dapat disimpulkan secara pasti, bukti awal menunjukkan bahwa pewarna rambut berpotensi menjadi salah satu pemicu autoimun.
Para ahli mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan produk berbahan kimia, terutama yang memiliki risiko terserap melalui kulit atau terhirup.(Red/detik)