Keberhasilan Stasiun Riset Bekantan, Dua Bayi Lahir di Pulau Curiak

Editor: Tim Redaksi

Satujuang- Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kecamatan Anjir Muara, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, sukses menyambut kelahiran dua bayi bekantan.

“Dua bayi bekantan ini lahir dari dua indukan betina kelompok Alpha,” ungkap Dr. Amalia Rezeki, Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).

Ia mengungkapkan keberhasilan tersebut saat melakukan patroli rutin di area Camp Tim Roberts.

Kelahiran kedua bayi bekantan ini menjadi pencapaian luar biasa bagi kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI.

“Selama awal tahun ini, telah terjadi tiga kelahiran bayi bekantan di kawasan Camp Tim Roberts,” imbuh Amel, yang juga Dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

Kawasan ini merupakan bagian dari Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak yang berada di luar kawasan konservasi.

Dengan demikian, total populasi bekantan di kawasan ini mencapai 46 ekor, meningkat dari 14 ekor pada awal pendirian pusat riset bekantan oleh SBI Foundation.

Masyarakat nelayan setempat juga berperan aktif dalam menyumbang penambahan populasi bekantan di dunia, menunjukkan kesuksesan sinergi kerja pentahelix yang strategis dalam upaya pelestarian bekantan.

Pegiat konservasi satwa liar, Ferry F. Hoesain, mengapresiasi upaya tim SBI dalam menjaga ekosistem lingkungan lahan basah di Pulau Curiak.

Prof Hadi Sukadi Alikodra dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagai peneliti senior bekantan, turut menyambut gembira kelahiran dua bayi bekantan di Pulau Curiak.

Prof Tim Roberts dari University of Newcastle Australia, yang namanya diabadikan di kawasan riset dan konservasi bekantan, mengapresiasi kerja keras tim SBI dalam menjaga dan meningkatkan populasi bekantan serta mendukung ekosistem lingkungan lahan basah.

Camp Tim Roberts, sebagai wahana riset bekantan dan ekosistem lahan basah, dilengkapi dengan fasilitas seperti trek, menara pantau, rumah mangrove, green house rambai, pendopo untuk ruang diskusi, dan beberapa gazebo, serta ecolodge.

Kawasan ini didirikan pada 15 Januari 2020 oleh Yayasan SBI bekerja sama dengan ULM dan University of Newcastle Australia, sebagai dedikasi kepada Prof Timothy Roberts Killgour yang berjasa dalam pendirian Stasiun Riset Bekantan dan membangun jaringan kerja sama antara University of Newcastle dengan SBI Foundation.

Pulau Curiak, dengan ekosistem lahan basah yang didominasi oleh vegetasi tumbuhan mangrove Rambai (Sonneratia caseolaris), juga menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa lainnya seperti lutung, elang bondol, elang tikus, elang brontok, pekaka emas, burung paruh katak Borneo, dan buaya muara.(nt)

📲 Ingin update berita terbaru dari Satujuang langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.

Apa Tanggapanmu?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *