Satujuang- Harga tiket pesawat di Indonesia umumnya masih tetap tinggi, menyebabkan keluhan dari banyak warga.
Widya Leksmanawati Habibie, Direktur Eksekutif Habibie Institute for Public Policy and Governance (HIPPG), mengungkapkan bahwa mahalnya tiket pesawat adalah masalah yang sering dibahas.
HIPPG baru-baru ini menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk menganalisis penyebab tingginya harga tiket, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Seperti Presiden Direktur Lion Group, Captain Daniel Putut Kuncoro Adi, Head of Indonesia Affairs and Policy AirAsia Indonesia Eddy Krismeidi Soemawilaga, dan VP Aviasi Fuel Business Pertamina Patra Niaga Yosep Iswadi.
Diskusi tersebut mengidentifikasi beberapa faktor penyebab mahalnya tiket pesawat. Pertama, pajak seperti PPN terhadap avtur dan tiket berkontribusi pada tingginya harga.
Kedua, Passenger Service Charge (PSC) yang dipungut oleh pengelola bandara juga menambah beban biaya. Ketiga, bea masuk untuk sparepart pesawat yang tinggi menambah biaya operasional.
Keempat, banyaknya undang-undang yang mempengaruhi efisiensi pengelolaan penerbangan, termasuk peraturan harga tiket yang hanya berdasarkan jarak terbang tanpa mempertimbangkan waktu terbang.
Selain itu, sistem navigasi bandara dan berbagai pungutan dari pemerintah yang mencapai 30% dari harga tiket juga berperan dalam tingginya harga.
Diskusi juga mencatat bahwa pemerintah belum memiliki program jangka panjang untuk industri penerbangan dan perlu merumuskan kebijakan berbasis data serta strategi komunikasi publik yang efektif untuk menjelaskan kebijakan harga tiket kepada masyarakat.