Bengkulu – Ambruknya bangunan wisata Kota Tuo di Kota Bengkulu yang terjadi baru-baru ini ternyata sudah diprediksi sejak awal.
“Pemasangan sheet pile diduga tidak dapat bertahan sesuai yang diharapkan. Sebab, kondisi tiang pancang tersebut kalau tidak salah lihat sedikit miring ke arah sungai Bengkulu,” kata Ketua Front Pembela Rakyat (FPR) Rustam Ependi, pada Januari 2022 lalu.
Saat itu, Rustam bahkan meminta kepada pihak Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi
Bengkulu melakukan audit.
Terhadap pekerjaan PTAldikarya yang melaksanakan pekerjaan penataan tepi sungai kawasan Kota Tuo tersebut karena ada indikasi tumpang tindih item pekerjaan.
“Item apa yang sebenarnya dikerjakan oleh PTAldikarya yang menghabiskan dana 5,8 miliar itu,” tanya Rustam kala itu.
Pasca robohnya bangunan yang berada di Kawasan Kota Tuo tersebut, muncul banyak argument ditengah masyarakat terkait penyebab kerusakan bangunan.
Wakil Wali Kota Bengkulu, Dedy Wahyudi menyebut, rusaknya bangunan diduga karena bencana alam. Tanggapan itupun turut di iyakan oleh Kepala Dinas PUPR Kota Bengkulu.
Namun, banyak pihak yang meragukan alasan tersebut. Termasuk Anggota DPRD Komisi II Kota Bengkulu yang melakukan Sidak pada Senin (27/2) kemarin.
βDari pemantauan kita ada kemungkinan penyebabnya bukan karena alam tapi karena kesalahan konstruksi,β kata Ketua Komisi II DPRD Kota Bengkulu, Nuzuluddin, saat melaksanakan Sidak di lokasi wisata Kota Tuo, Senin (27/2/23). (Red)
π² Ingin update berita terbaru dari Satujuang langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.