Wartawan Diteror, Pimpinan Satujuang Angkat Bicara

Editor: Raghmad

Bengkulu – Ada oknum melakukan aksi teror kepada salah seorang wartawan menggunakan pesan pribadi akun Instagram abal-abal, Selasa (31/5/22).

Hal ini dialami oleh Sausan Citra R yang merupakan seorang jurnalis yang belum lama ini lulus dalam Ujian Kompetensi Wartawan (UKW).

Ia mengatakan, pesan tersebut dikirimkan oleh beberapa akun yang tidak diketahui siapa pemiliknya.

“Awalnya tersebar pamflet yang mengatakan saya tidak independen dalam pemberitaan Pemira di jurusan salah satu kampus di Bengkulu yang sedang berlangsung, kemudian bermunculan pesan teror di akun IG saya,” ujar Sausan.

Ia mengatakan, akun IG tersebut diduga merupakan akun yang sengaja dibuat untuk mengirimkan pesan teror kepadanya.

“Kejadian ini sepertinya berkaitan dengan berita saya kemarin yang menyebutkan bahwa ada indikasi kecurangan pada Pemira tersebut,” tambahnya.

Lebih lanjut Sausan mengatakan akan menelusuri siapa pemilik akun IG tersebut, dan akan meminta klarifikasi kepadanya.

Pimpinan media satujuang.com, Rahmat dalam keterangannya mengatakan fenomena ini merupakan hal yang biasa dialami oleh jurnalis.

“Biasa saja, resiko jadi wartawan. Tapi yang kita sayangkan kalau ini adalah kelakuan dari mahasiswa, masa baru jadi mahasiswa sudah main teror, bagaimana nanti kalau sudah lulus dan masuk dunia kerja ,” sebutnya.

Rahmat mengatakan, kalau itu dilakukan oleh mahasiswa, seharusnya sebagai mahasiswa yang berpendidikan mereka melakukan aksi yang lebih intelektual lagi.

“Ini kan Pemira di jurusan keguruan, jadi kalau ini dilakukan oleh mahasiswa jurusan itu, saya fikir ini salah, banyak cara yang lebih berpendidikan dari ini. Jangan beri contoh yang jelek,” imbuhnya lagi.

Rahmat berpesan, jangan sampai karena Pemira, menyebabkan nama fakultas, terlebih lagi nama Universitas menjadi buruk hanya karena kelakuan beberapa oknum.

“Universitas ini kan salah satu Universitas top di Bengkulu, berkelas, sudah melahirkan banyak orang-orang pintar dan berprestasi. Jangan sampai nama baik itu dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” imbuhnya.

Kata Rahmat, proses penayangan berita di satujuang.com tidak sembarang tayang, karena melalui proses editing oleh redaktur.

Kata dia, untuk menjadi redaktur di Satujuang.com bukan hal yang mudah, karena harus melalui proses pelatihan minimal selama tiga bulan lebih dan belum tentu lulus.

“Kita menayangkan berita tentu ada prosesnya, bukan dapat bahan dari wartawan langsung naik. Ada yang namanya proses editing dan validasi data. Kalau gak ada data gak boleh tayang,” tambahnya lagi.

Jangan sampai, kata Rahmat, teriak hoax tapi tidak mengerti hoax itu seperti apa sebenarnya, dan saat diminta pertanggung jawaban malah lari dari masalah.

“Jadi, jangan sampai sembarang berstatment. Media berbicara dilindungi UU 40 tahun 1999 tentang pers. Justru yang bukan pers harus hati-hati, karena ada UU ITE, kita bisa laporkan loh..,” pungkasnya. (Red)

πŸ“² Ingin update berita terbaru dari Satujuang langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.

Apa Tanggapanmu?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *