Satujuang.com, Bengkulu – Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengekpresikan diri, contohnya dengan menulis, berpuisi, bernyanyi, menggambar dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Dunia seni menggambar, terbagi dengan beragam jenis. Salah satunya Mural, yaitu cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen.
Berbeda dengan grafiti yang lebih menekankan hanya pada isi tulisan dan kebanyakan dibuat dengan cat semprot. Mural lebih bebas, karena bisa menggunakan media cat tembok atau cat kayu, bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar.
Salah seorang seniman Mural Kota Bengkulu, Afrian (28), menuturkan bahwa “Seni Mural sejatinya sudah tampak dari 31.500 tahun yang lalu atau lebih tepatnya di masa prasejarah,” tutur Afrian.
“Dibuktikan dengan adanya beberapa lukisan yang dibuat pada sebuah goa, yang berada di Lascaux, yakni sebuah kawasan di selatan negara Prancis, terdapat ukiran seperti gambar telapak tangan dan hewan hasil buruan di permukaan goa tersebut,” lanjut Afrian.
“Berkembang setelah itu, Mural yang dikategorikan sebagai seni kontemporer, semakin hari semakin digandrungi oleh perupa-perupa di negara barat, dan akhirny berkembang sampai ke Indonesia,” sambunya lagi.
Mural adalah bentuk seni visual di atas media dinding yang sifatnya permanen. Oleh para seniman kontemporer, Mural sering dipakai sebagai media dalam menyalurkan berbagai aspirasi dan kritik dibidang sosial, politik ataupun budaya.
Afrian menjelaskan bahwa mural merupakan wadah dalam mencurahkan ekspresi, termasuk dalam situasi Covid saat ini, sehingga dapat menjadi salah satu kegiatan yang produktif ala covid 19.
“Mural bisa menjadi salah satu opsi, sebagai wadah untuk mencurahkan ekspresi termasuk dalam situasi pandemi Covid-19 pada saat sekarang ini,” tukas Afrian.
Afrian berharap, dengan adanya kegiatan menggambar seperti Mural yang dia lakukan, para seniman serta masyarakat di Bengkulu, terus terpacu untuk tetap berkarya walau dalam situasi pandemi seperti yang dirasakan saat ini. (Nikman).