Menu

Mode Gelap
Puskesmas Lubuk Pinang Jadi Prioritas, Ratusan Honorer Nakes 16 Kecamatan Pertanyakan Soal Ini Pemindahan Ibu Kota Baru, Prabowo Siap Tanda Tangani Keppres? IHSG Koreksi, MNC Sekuritas Berikan Rekomendasi Saham Hari Ini Mulai Hari Ini, Hakim Indonesia Lakukan Aksi Cuti Massal Diancam Seno Aji karena Bertemu Isran Noor, Makmur HAPK: Saya Tidak Takut Jevi Gemawasbi: Helmi Hasan Silahkan Kampanye Tapi Jangan Tipu Masyarakat

SJ News

“Pers Survival di Era Digital” Masih Layakkah Media Massa di Era Digital

badge-check


Sri Mulyadi (memegang Mikrofon) wartawan senior Penasehat PWI Jateng menjadi narasumber didampingi oleh Arie Widiarto, unsur wartawan muda dan Dr Aminnudin MA, pemerhati media Undip dalam sambung rasa lintas generasi wartawan memeringati HPN 2022 di Gedung Pers Jateng Jalan Tri Lomba Juang Kota Semarang. Perbesar

Sri Mulyadi (memegang Mikrofon) wartawan senior Penasehat PWI Jateng menjadi narasumber didampingi oleh Arie Widiarto, unsur wartawan muda dan Dr Aminnudin MA, pemerhati media Undip dalam sambung rasa lintas generasi wartawan memeringati HPN 2022 di Gedung Pers Jateng Jalan Tri Lomba Juang Kota Semarang.

– Persatuan Wartawan Indonesia () menggelar sarasehan dan sambung rasa dengan tema “Pers Survival di Era Digital.”

Sarasehan ini bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 yang dilaksanakan di Gedung Pers Jateng Jalan Tri Lomba Juang Kota , Rabu (9/2/22).

Di era digital dan maraknya saat ini, secara nasional media massa/pers jelas masih dibutuhkan, sebab untuk memerangi berita-berita , isu SARA maupun pornografi dan isu lainnya.

Hal itu disampaikan oleh Sri Mulyadi, wartawan senior yang menjadi narasumber dalam sarasehan wartawan lintas generasi Hari Pers Nasional (HPN) 2022.

Kegiatan dilaksanakan sederhana mengingat pandemi masih belum usai.

Disampaikan pula bahwa, dari hasil survey Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) diperoleh kurang lebih 200 juta penduduk Indonesia adalah pengguna handphone.

Artinya, jumlah itu secara pasti juga menggunakan atau mengakses medsos.

“Dari 10 ribu responden yang diteliti, tujuh puluh persen memperoleh informasi dari medsos, yang belum pasti bisa dipertanggungjawabkan kode etik jurnalistiknya dan selebihnya dari media mainstream,” jelas Ketua Penasehat Jateng ini.

Selain itu, lanjutnya, banyak juga media mainstream atau media massa malah berkiblat pada medsos, yang jelas-jelas masih dipertanyakan kualitas jurnalistik atau kode etik jurnalistiknya.

“Saat ini banyak media online yang malah berkiblat pada medsos, yang menayangkan berita tanpa adanya editing.

Trending di SJ News