Permadani Mijen Gelar Gladen Pahargyan Temanten

Editor: Raghmad

Semarang – Melestarikan dan mengembangkan budaya Nasional yang bersifat sosial dan non komersil serta non politik merupakan kiprah organisasi Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani).

Ditengah kemajuan teknologi yang semakin berkembang, Permadani tak surut dalam melaksanakan kiprahnya dalam memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang budaya, utamanya budaya Jawa.

Begitu pula yang dilakukan Permadani Kecamatan Mijen, Kota Semarang yang telah melaksanakan kursus melalui Pawiyatan (pendidikan) Panatacara dan Pamedhar Sabda keempat kalinya di tahun 2022.

Pawiyatan (pendidikan) tersebut memberikan bimbingan dan pelatihan kepada masyarakat agar terampil dalam menggunakan bahasa Jawa yang baik dan indah.

Selain itu untuk mencetak menjadi Pambiwara atau Panatacara dan Pamedhar Sabda yang handal.

Tak kalah penting tujuan dari Permadani adalah upaya melestarikan budaya Jawa dangan adat-adat Jawa yang biasa dilakukan dalam kehidupan manusia.

Mulai dari dalam kandungan sampai dengan kematian dalam adat Jawa banyak sekali tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang.

Karena tradisi dan adat adalah merupakan kekayaan tersendiri dari bangsa Indonesia.

“Hari ini Bregada 4 Pawiyatan Permadani Kecamatan Mijen, Semarang menggelar gladen (praktik) Pahargyan Temanten. Dengan gladen diharapkan nantinya para siswa dapat mempraktekkan langsung di masyarakat dalam acara mantenan dengan adat budaya Jawa,” jelas Arif Supriyono,  pamong (pengurus) Permadani Kecamatan Mijen saat memandu gladen Pahargyan Manten siswa Pawiyatan Bregada 4 di aula Kecamatan Mijen, Semarang, Minggu (27/11/22) pagi.

Dikatakan Arif, gladen pahargyan pernikahan adat budaya Jawa yang dilaksanakan oleh Bregada 4 Permadani Kecamatan Mijen ini dalam rangka persiapan siswa akan mengikuti pendadaran (ujian) pada Januari tahun 2023 mendatang.

Dari 34 siswa pawiyatan Bregada 4 Permadani Mijen, diharapkan nantinya sudah siap dan dapat mengikuti ujian secara keseluruhan.

“Para siswa nanti akan mengikuti ujian dimana salah satunya adalah ujian praktek nyandra penganten dan mata uji pilihan yaitu medhar sabda atau memberikan sambutan acara adat dengan bahasa Jawa, misalnya acara siraman, midodareni, lamaran dan acara-acara adat lainnya yang masih ada di masyarakat,” ujar Arif.

Sebagai pamong (pengurus) di Permadani Kecamatan Mijen, Arif berharap kepada Bregada 4 setelah mengikuti pawiyatan selama 5 bulan dan dinyatakan lulus dalam ujian.

Para siswa dapat memberikan manfaat di masyarakat dengan mambantu dalam acara-acara yang menggunakan adat Jawa.

Menanggapi kegiatan gladen pahargyan manten Pawiyatan Bregada 4 Permadani Kecamatan Mijen, Edi Suprapto alumni pawiyatan Bregada 3 mengaku senang dengan adanya praktek (gladen) acara pernikahan komplit dari mulai awal hingga akhir.

“Dari pengamatan saya tadi, gladen Bregada 3 sudah sangat baik. Dari bregada-bregada sebelumnya sudah pernah gladen, tapi belum lengkap atau jangkep. Dan gladen ini tadi acaranya jangkep, awal sampai akhir dan siswanya juga busana jangkep semua, jadi seperti acara yang sesungguhnya dalam pernikahan adat Jawa,” tutur Edi yang juga anggota Polairud Polda Jawa Tengah usai mengikuti gladen Bregada 4.

Lebih lanjut, Edi berharap kepada siswa pawiyatan Bregada 4 Permadani Kecamatan Mijen untuk tetap semangat, ikut menjaga melestarikan budaya melalui Permadani agar ngrembaka (berkembang) dan budaya Jawa tidak tergerus oleh budaya-budaya asing. (red/hdi).