Satujuang- Perdebatan mengenai penggunaan susu ikan dalam program makan bergizi gratis muncul setelah Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengusulkan penggantian susu sapi impor dengan susu ikan.

Teten mengklaim bahwa susu ikan memiliki kandungan protein setara dengan susu sapi dan menawarkan solusi yang lebih ekonomis untuk mengurangi ketergantungan pada susu sapi impor.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Ia juga menekankan bahwa ini bisa mendukung sektor perikanan nasional dan menyediakan sumber protein lokal yang lebih terjangkau.

Namun, klaim Teten tidak disambut dengan konsensus. Pihak Istana, melalui Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, menegaskan bahwa tidak ada rencana resmi untuk memasukkan susu ikan ke dalam program makan bergizi gratis.

Hasan menyatakan bahwa pemerintah tetap berfokus pada penyediaan gizi yang seimbang dan terjangkau, dengan susu ikan belum menjadi prioritas dalam perencanaan mereka.

Di sisi lain, para ahli gizi memberikan pandangan yang lebih hati-hati mengenai wacana ini.

Dr. Rina Wardhani, seorang dokter gizi klinis, mengakui bahwa susu ikan mengandung protein tinggi, tetapi menyebutkan bahwa susu sapi masih lebih baik dalam hal kalsium dan vitamin D, yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi anak-anak.

Kepala Badan Gizi Nasional, Dr. Anita Kartika, juga menekankan perlunya kajian mendalam mengenai aspek nutrisi dan distribusi sebelum mempertimbangkan susu ikan sebagai alternatif dalam program makan bergizi gratis.

Dengan adanya perbedaan pendapat antara pemerintah, ahli gizi, dan wacana penggunaan susu ikan, diskusi mengenai potensi dan dampak susu ikan dalam program gizi gratis masih terus berlangsung.(Red/kompas)