Kendari – Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) ke-5 berlangsung di Hotel Horizon, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Rapimnas yang berlangsung di sela rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2022 ini, meminta Presiden Jokowi menunda pelantikan anggota Dewan Pers yang baru.
Permintaan ini salah satu hasil Rapimnas yang intinya untuk menjunjung azas keadilan.
Ketua Bidang Hukum SMSI Pusat, Makali mengatakan, sebagai konstituen dewan pers yang tergolong baru, SMSI masih dipandang sebelah mata.
“Sehingga apa yang diperjuangkan SMSI hingga kini belum direspons oleh dewan pers,” ujar Makali saat Rapinmas pada Selasa (8/2/22) malam.
Rapimnas SMSI di Kendari ini menyepakati tiga agenda besar.
Yakni, pelaksanaan HUT SMSI yang akan berlangsung pada Maret 2022, kemudian komitmen iuran keanggotaan dan terakhir masalah keterwakilan SMSI di Dewan Pers.
Untuk HUT SMSI, lanjut Mikali, akan berlangsung di Jakarta, dengan tetap memperhatikan kondisi pandemi Covid-19.
Jika pandemi tetap terjadi, kemungkinan ada pembatasan peserta serta dilakukan secara zoom.
Selain itu, disampaikan SMSI Provinsi diharapkan kontribusinya untuk membantu pelaksanaan kegiatan HUT SMSI.
Untuk diketahui, dalam penjaringan anggota Dewan Pers yang baru, SMSI mengirimkan satu nama yakni Sekjen SMSI M Nasir.
Mantan wartawan kompas yang sudah berkecimpung selama 30 tahun itu belum juga terakomodir.
Profil M Nasir
Di organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat yang sudah melegenda, Nasir juga pernah menjadi ketua bidang media cetak (2008- 2013), saat itu media cetak masih berjaya.
Kemudian berlanjut di PWI menjadi anggota komisi kompetensi, dan terakhir sebagai Direktur Kesejahteraan dan Pengabdian Masyarakat, merangkap Ketua PWI Peduli Pusat.
Masih di lembaga non-profit, Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) Jakarta yang didirikan oleh Dewan Pers, Nasir juga diminta membantu sebagai Wakil Ketua Umum Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro yang menaungi LPDS.
Kepercayaan-kepercayaan organisasi pers yang diberikan kepada sosok pria yang kalem ini, dipandang sebagai jalan pengabdian untuk dunia pers dan kemanusiaan.
Nasir bekerja sebagai wartawan Harian Kompas (1989- 2018).
Di Harian Kompas, Nasir merangkap sebagai Direktur Dana Kemanusiaan Kompas (2009- Februari 2017), lembaga nirlaba yang menampung dan menyalurkan bantuan pembaca Kompas untuk kemanusiaan.
Bergabung ke Harian Kompas sebagai wartawan mulai tahun 1989, bertugas di Desk Metropolitan dan Desk Internasional.
Jabatan struktural di Harian Kompas yang pernah di Jalani Nasir antara lain Koordinator Koresponden Kompas Wilayah Jawa Timur (1996).
Setelah itu menjadi Kepala Biro Kompas Jawa Barat dan Banten (2000- 2001), kemudian menjadi Editor Desk Metropolitan dan Desk Nusantara, terakhir menjadi Wakil Sekretaris Redaksi.
Lahir tahun 1958 di Datinawong, desa yang tidak jauh dari jalan raya dan rel kereta api Babat- Lamongan.
Di desa inilah Nasir ketika kecil sering mengkhayal tentang perjalanan orang.
Sebelum bergabung ke Harian Kompas, ia menamatkan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Jakarta.
Kemudian sambil bekerja, Nasir menyelesaikan program Magister Filsafat pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI), Jakarta. (red)