Satujuang- Harga komoditas tembaga kembali menguat, menembus level US$10.000 per ton, seiring dengan upaya China yang menggelontorkan stimulus besar untuk memulihkan pertumbuhan ekonominya.
Berdasarkan laporan Bloomberg, harga tembaga ditutup naik 2,7% menjadi US$10.080,50 per ton di London Metal Exchange, diikuti oleh kenaikan harga seng sebesar 3,4% dan aluminium sebesar 2,9%.
Kenaikan harga tembaga mencerminkan optimisme pasar setelah Politbiro China mengumumkan rencana untuk mendukung sektor real estat dan menyerukan pemotongan suku bunga.
China juga mempertimbangkan suntikan modal sebesar US$142 miliar ke bank-bank milik negara.
Michael Cuoco, kepala bagian logam di StoneX Financial Inc, menilai langkah ini sebagai usaha pemerintah untuk memulihkan kepercayaan dalam perekonomian yang tengah menghadapi tantangan.
Sementara itu, harga bijih besi juga mengalami lonjakan, diperdagangkan di US$101,25 per ton, tertinggi sejak awal September.
Sentimen pasar semakin positif seiring dengan data yang menunjukkan pemulihan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan setelah pandemi.
Di sektor saham, perusahaan-perusahaan pertambangan merasakan dampak positif, dengan Glencore Plc naik 5,8% dan Freeport-McMoran Inc. melonjak 7,5% di New York.
CEO Rio Tinto, Jakob Stausholm, menegaskan bahwa stimulus ini diharapkan dapat mengembalikan stabilitas pasar setelah periode melemahnya kondisi pasar.
Namun, beberapa analis, seperti Bart Melek dari Toronto Dominion Bank, berpendapat bahwa reaksi pasar mungkin berlebihan.