Menu

Mode Gelap
Laporan Ratusan Kades Langsung Direspon Bawaslu Bengkulu, Masuk Tahap Kajian Awal Tak kunjung Launching, Dewan Mukomuko dr Ferdy Jureli Tinjau Langsung Kondisi RS Pratama Ipuh Ratusan Kades di Bengkulu Resmi Dilaporkan ke Bawaslu, Jevi: Kami Sayang Dengan Mereka Waktu Terbaik Mengonsumsi Pisang untuk Manfaat Optimal bagi Kesehatan Kenali Risiko Minuman di Pesawat, Tips dari Pramugari Gubernur Bengkulu Dukung Pelantikan PW ISPI untuk Pembangunan Peternakan

SJ News

Telegram Disebut ‘Surga Kriminal’, Ini Kata Pendirinya Usai Ditangkap di Prancis

badge-check


Telegram Disebut 'Surga Kriminal', Ini Kata Pendirinya Usai Ditangkap di Prancis Perbesar

Telegram Disebut 'Surga Kriminal', Ini Kata Pendirinya Usai Ditangkap di Prancis

Satujuang- Pada 25 Agustus lalu, Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, ditangkap oleh pihak berwajib setelah mendarat dengan jet pribadinya di Bandara Le Bourget, Prancis.

Penangkapan ini dilakukan atas tuduhan Durov membiarkan aktivitas kriminal di platform Telegram.

Dalam pernyataannya melalui akun Telegram pribadi setelah penangkapan, Durov menolak tuduhan tersebut dan menyebut Telegram bukan “surga kriminal”.

Ia menganggap penahanannya adalah kesalahan prosedur dan menyatakan bahwa menahan CEO atas tindakan pihak ketiga di platformnya adalah tindakan yang “mengejutkan” dan “salah kaprah”.

Durov menegaskan bahwa tindakan hukum seharusnya diterapkan pada layanan itu sendiri jika dianggap melanggar hukum, bukan pada individu yang mengelolanya.

Durov juga mengkritik pendekatan hukum yang dinilai usang dan tidak sesuai dengan era digital, yang menurutnya mengancam inovasi.

Ia menyatakan bahwa jika hukum masa lalu digunakan untuk menjerat CEO atas kesalahan pihak ketiga di platform, maka hal ini akan menghambat pengembangan teknologi baru.

Pihak berwenang Prancis sedang melakukan investigasi formal terhadap Durov terkait tuduhan membiarkan tindak kejahatan seperti jual beli narkoba, penipuan, dan pornografi anak terjadi di Telegram.

Kritik terhadap Telegram juga mencuat karena platform ini dianggap mempermudah penyebaran misinformasi dan radikalisme, terutama setelah munculnya laporan tentang penggunaan Telegram oleh kelompok ekstrem kanan di Inggris.

Durov mengklaim bahwa Telegram secara aktif menghapus jutaan konten dan channel berbahaya setiap hari.

Trending di SJ News