Satujuang- Kelas menengah memainkan peran penting dalam ekonomi domestik, terutama melalui pengeluaran yang tinggi yang dapat menggerakkan roda perekonomian.
Namun, data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perubahan signifikan dalam pola pengeluaran kelas menengah selama 10 tahun terakhir.
Menurut Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, persentase pengeluaran untuk makanan dan minuman serta perumahan telah menurun.
Pada tahun 2014, kelas menengah mengalokasikan 45,53 persen dari pengeluaran mereka untuk makanan dan minuman serta lebih dari 32 persen untuk perumahan.
Namun, pada tahun 2024, proporsi untuk makanan dan minuman turun menjadi 41,67 persen, dan pengeluaran untuk perumahan menyusut menjadi 28,52 persen.
Sebaliknya, terdapat peningkatan dalam pengeluaran untuk hiburan dan keperluan pesta. Pengeluaran untuk hiburan naik dari 0,22 persen pada tahun 2014 menjadi 0,38 persen pada tahun 2024.
Sementara pengeluaran untuk pesta meningkat secara signifikan dari 0,75 persen menjadi 3,18 persen dalam periode yang sama.
Meski terjadi perubahan, prioritas utama kelas menengah tetap pada makanan, perumahan, dan barang serta jasa lainnya.
Jumlah kelas menengah di Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebanyak 47,85 juta orang, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 48,27 juta orang.
Penurunan ini menunjukkan dampak residual dari pandemi COVID-19, yang menyebabkan penurunan jumlah kelas menengah dari 53,83 juta orang pada tahun 2021 menjadi 47,85 juta orang pada tahun 2024.
Persentase penduduk kelas menengah juga menurun dari 19,82 persen pada 2021 menjadi 17,13 persen pada 2024, mencerminkan dampak jangka panjang dari krisis kesehatan global terhadap ketahanan ekonomi kelas menengah.(Red/kumparan)