Jakarta- Suku Quraisy adalah salah satu kelompok masyarakat yang memiliki peran penting dalam sejarah pra-Islam, khususnya di Kota Makkah.
Sebagai suku dominan di kawasan itu, Quraisy memainkan peran utama dalam perdagangan dan keagamaan.
Mereka dikenal sebagai pedagang ulung yang mampu menjaga hubungan baik dengan berbagai kabilah serta menjauhkan diri dari konflik.
Asal-usul Suku Quraisy
Menurut buku Sejarah Arab Sebelum Islam karya Jawwad Ali, suku Quraisy berasal dari keturunan Fihr bin Malik, salah satu leluhur yang menjadi simbol persatuan suku tersebut.
Sebelumnya, mereka dikenal dengan nama Kinanah. Nama “Quraisy” muncul ketika mereka berkumpul di Tanah Haram setelah sebelumnya terpencar-pencar.
Ketua suku Quraisy, Qushay, berhasil mengatur Makkah dengan menetapkan berbagai aturan dan membagi tanggung jawab kepada anak-anaknya.
Puncak Kejayaan Quraisy
Suku Quraisy mencapai kejayaannya sebelum Islam muncul, dengan kekuatan ekonomi dan politik yang besar. Momentum ini diperkuat setelah pasukan Abrahah dari Abyssinia gagal menghancurkan Ka’bah.
Quraisy kemudian memanfaatkan situasi geopolitik, terutama ketegangan di Yaman, untuk memperkuat jalur perdagangan antara Yaman dan Syam.
Dengan strategi diplomasi melalui Hasyim bin Abd Manaf, mereka menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di Abyssinia dan Himyar.
Sebagai pusat perdagangan, Makkah berkembang pesat. Jalur perdagangan musim dingin dan musim panas mereka bahkan diabadikan dalam Surah Quraisy (QS. 106:1-4).
Barang-barang dari Yaman dan Abyssinia seperti parfum, sutra, kapas, dan emas diteruskan ke Syam melalui sistem perdagangan yang terorganisasi dengan baik.
Selain pasar permanen di Makkah, mereka juga aktif di pasar musiman seperti Ukazh dan Dzu Al-Majaz.
Kepercayaan dan Politik Suku Quraisy
Meski menyembah Allah SWT sebagai Tuhan, Quraisy juga terjerumus dalam politeisme, menyembah dewa-dewa yang dianggap sebagai perantara kepada Allah.
Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW, memainkan peran penting dalam mengorganisasi ritual-ritual keagamaan dan memperkuat posisi politik Quraisy.
Namun, setelah wafatnya pada tahun 579 M, kendali atas Quraisy melemah. Az-Zubair, putra Abdul Muthalib, tidak mampu menahan kelompok-kelompok kaya yang mengabaikan aturan-aturan sebelumnya.
Warisan Suku Quraisy
Melalui kecakapan dalam perdagangan, politik, dan diplomasi, Quraisy membawa Makkah menjadi pusat peradaban yang menarik perhatian para pedagang, penyair, dan peziarah.
Dominasi mereka di wilayah ini menjadi latar penting bagi kelahiran Islam, dengan Makkah sebagai kota suci yang terus dikenang hingga kini.(Red/detik)
Komentar