Strategi Politik atau Kecurangan Politik?

Editor: Raghmad

Oleh: M Frengki Wijaya

Memang semua aspek kehidupan ini sangat memerlukan strategi, termasuk politik dan pemerintahan. Tapi harus digarisbawahi bahwa strategi tidak sama dengan kecurangan.

Kecurangan bukan strategi karena kecurangan adalah kejahatan.

Ini yang sering disalahartikan di dalam berpolitik. Maka muncullah jalan pikiran, “jika tidak curang tidak menang. Strategi untuk menang ya harus curang”.

Ini adalah jalan pikiran sesat. Kecurangan bukanlah strategi untuk mencapai kemenangan sejati.

Jika pun menang dengan cara itu, itu adalah kemenangan semu yang tidak akan mendatangkan kebaikan apa pun, baik bagi diri pemenang maupun bagi orang lain.

Kemenangan fatamorgana. Nampaknya ada tapi sesungguhnya hanyalah sebuah ilusi.

Dalam kehidupan sehari-hari, strategi diajarkan melalui ungkapan-ungkapan bermakna atau apa yang kita sebut pribahasa.

Beberapa pribahasa yang umum kita dengar misalnya, “Biar dahi berlumpur asal tanduk mengena”, versi lainnya, “biar kepala terbenam asal tanduk mengena”.

Artinya, biar nampaknya kalah, asal tujuan tercapai. Pribahasa lain juga mengatakan, “mundur selangkah untuk maju ribuan langkah”.

Mundur bukan berarti berhenti berjuang, tapi menyusun cara untuk memperoleh kemenangan.

KBBI menyebutkan bahwa strategi itu adalah seni, “1. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai;

2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yg menguntungkan; 3. Rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Seni itu dapat diartikan secara harfiah sebagai keindahan.

Jika seni itu adalah keindahan yang mengandung nilai-nilai estetika maka ia tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik.

Segala ketidakbaikan itu tidak akan menimbulkan keindahan secara hakiki.

Dapat dipastikan segala kecurangan, kemunafikan, dan apa pun bentuk kejahatan tidak akan mendatangkan keindahan. Jauh dari nilai seni itu sendiri.

Jika begitu, dengan dua kata kunci ini (ilmu dan seni) sudah dapat dengan jelas memisahkan antara strategi dan kecurangan.

Money politic, black campaign, hasut, adu domba, termasuk politik pencitraan bukan bagian dari strategi politik. Itu semua adalah kecurangan politik.

Politik pencitraan bagian dari kecurangan politik dan bukan strategi politik, karena pada prakteknya ada kebohongan terhadap orang banyak.

Ada unsur-unsur manipulatif di dalamnya.

Kebaikan dan kehebebatan yang DIPOLES sedemikian rupa sehingga menciptakan CITRA di tengah masyarakat, tetapi ASLINYA tidak demikian. Itu namanya bohong!

Akhirnya, untuk mencapai demokrasi yang bermartabat masyarakat harus terus diedukasi dan dicerahkan. Masyarakat tidak boleh tertipu dengan jalan pikiran politik yang sesat.

Dalam konteks ini, jangan sampai masyarakat dibohongi dengan dalih STRATEGI POLITIK padahal sebenarnya adalah KECURANGAN POLITIK.

Masyarakat harus cerdas membedakan antara STRATEGI dan KEJAHATAN. Jangan pula tertipu dengan kejahatan yang berbungkus strategi.

Penulis Adalah Pemuda Pengamat Politik di Bengkulu

📲 Ingin update berita terbaru dari Satujuang langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.

Apa Tanggapanmu?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *