Oleh: M Frengki Wijaya
Memang semua aspek kehidupan ini sangat memerlukan strategi, termasuk politik dan pemerintahan. Tapi harus digarisbawahi bahwa strategi tidak sama dengan kecurangan.
Kecurangan bukan strategi karena kecurangan adalah kejahatan.
Ini yang sering disalahartikan di dalam berpolitik. Maka muncullah jalan pikiran, “jika tidak curang tidak menang. Strategi untuk menang ya harus curang”.
Ini adalah jalan pikiran sesat. Kecurangan bukanlah strategi untuk mencapai kemenangan sejati.
Jika pun menang dengan cara itu, itu adalah kemenangan semu yang tidak akan mendatangkan kebaikan apa pun, baik bagi diri pemenang maupun bagi orang lain.
Kemenangan fatamorgana. Nampaknya ada tapi sesungguhnya hanyalah sebuah ilusi.
Dalam kehidupan sehari-hari, strategi diajarkan melalui ungkapan-ungkapan bermakna atau apa yang kita sebut pribahasa.
Beberapa pribahasa yang umum kita dengar misalnya, “Biar dahi berlumpur asal tanduk mengena”, versi lainnya, “biar kepala terbenam asal tanduk mengena”.
Artinya, biar nampaknya kalah, asal tujuan tercapai. Pribahasa lain juga mengatakan, “mundur selangkah untuk maju ribuan langkah”.
Mundur bukan berarti berhenti berjuang, tapi menyusun cara untuk memperoleh kemenangan.
KBBI menyebutkan bahwa strategi itu adalah seni, “1. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai;
2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yg menguntungkan; 3. Rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.