Satujuang- Bulan Muharram dalam kalender Hijriyah menandai awal tahun baru Islam, juga dikenal sebagai Suro dalam tradisi Jawa.
Masyarakat Jawa merayakan kedatangan tahun baru ini dengan serangkaian ritual khusus yang dipercaya membawa berkah dan keselamatan.
Di Tulungagung, Jawa Timur, ritual dimulai dengan melarungkan kepala kerbau ke Laut Selatan Popoh.
Kepala kerbau tersebut ditempatkan di sampan bersama tumpeng nasi kuning besar yang dihias dengan bunga-bunga, kemudian diarak oleh sekelompok orang dengan pakaian seragam.
Upacara ini disertai dengan doa memohon keselamatan bagi pengunjung serta kesejahteraan bagi masyarakat, serta untuk menghindari kutukan dan kemarahan Nyi Roro Kidul.
Di Sukabumi, Jawa Barat, ribuan pengunjung berkumpul di Pelabuhan Ratu untuk ritual mandi suci di pinggiran Samudera Beach Hotel.
Sementara itu, di Semarang, Jawa Tengah, masyarakat mengadakan ritual kungkum di Kali Garang sekitar Tugu Soeharto untuk mendapatkan berkah, rezeki yang melimpah, dan kesembuhan dari penyakit kulit.
Di Yogyakarta, ritual memandikan benda-benda pusaka dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan juga karena diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat memberikan keselamatan dalam hidup.
Sedangkan di Solo, Keraton Kasunanan Surakarta, ritual Kirab Kebo Bule digelar setiap malam 1 Suro.
Kirab ini melibatkan Kebo Bule Kiai Slamet yang dipercaya keramat, di mana masyarakat berusaha untuk menyentuh tubuhnya atau bahkan berebut kotorannya, sebagai bagian dari tradisi mencari berkah.
Ritual-ritual ini tidak hanya merupakan ekspresi keagamaan dan budaya, tetapi juga menunjukkan kekayaan warisan budaya masyarakat Jawa yang kental dengan nilai-nilai spiritual dan kepercayaan lokal.(Red/Republika)
Dapatkan berita pilihan kami langsung di genggamanmu! Pilih kanal andalanmu, akses berita Satujuang.com di WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029VavO9DU0lwgyedNGq30R
