Pangdam IV/Diponegoro Tolak Tegas Intoleransi Dalam Dialog Kebangsaan

Editor: Raghmad

– Dalam mengkaji langkah-langkah yang harus diambil dalam menjaga kebhinekaan bangsa dalam pluralitas, Radio Suara Diponegoro kembali menggelar Special Talkshow, di Caf Wiratama, Watugong, Kamis (27/01/22).

Talkshow ini menghadirkan, Panglima Kodam (Pangdam) IV/Diponegoro Mayjen  Rudianto Kepala Badan Kesbangpol Jateng Haerudin, SH MH, Pengasuh Ponpes Ar Ridwan Tuban Habib Husein Baagil, tokoh Tionghoa Haryanto Halim.

Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik , pluralitas atau paham harmoni dalam keberagaman menjadi perekat bangsa hingga memunculkan kekuatan persatuan.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pun lahir dalam mewakili semangat hidup selaras dan saling menghormati perbedaan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu berbagai tantangan serta fenomena intoleransi dan diskriminasi yang berbasis SARA membuat pluralitas perlahan layu .

Menyikapi hal tersebut, Pangdam mengatakan,  menolak tegas intoleransi, sebab salah satu tugas utama  yakni mempertahankan kedaulatan negara.

Sikap toleransi juga sudah menjadi darah daging di dalam tubuh  sejak dilahirkan, terbukti dengan keanekaragaman agama, suku, ras, maupun golongan yang ada dalam setiap prajurit.

Bentuk penghormatan  terhadap pluralitas salah satunya dengan adanya kebijakan baru KASAD, Jenderal  Dudung Abdurachman, S.E., M.M., yakni merekrut  melalui santri dan lintas agama.

Pada kesempatan tersebut, Pangdam mengajak kepada seluruh masyarakat  khususnya wilayah Jateng agar bersama-sama menjaga keberagaman yang ada di .

Mari kita bersatu padu mengikrarkan hubungan baik sesama manusia, sebab kebhinekaan adalah kekayaan dan modal utama dalam membangun  yang lebih baik. Together we can, ungkapnya.

Ditambahkan oleh Kepala Badan Kesbangpol Jateng, saat ini indeks toleransi untuk wilayah Jateng yakni 75,5 persen dan masih diatas rata-rata dari standart  yakni 6,9 persen.

Namun demikian hal tersebut masih terus dibenahi untuk mencapai angka 100 persen.

Sesuai dengan misi Gubernur Jateng, H. , S.H, M.IP., dalam membangun masyarakat Jateng yang religius, toleran dan guyub untuk menjaga NKRI, penguatan rasa toleransi antar umat beragama dan saling bersilaturahmi juga menjadi hal yang utama dalam mengantisipasi diskriminasi SARA.

Alhamdulillah segala bentuk perselisihan yang ada di Jateng masih dapat diselesaikan dengan cara musyawarah, ungkap Haerudin.

Selain itu Haryanto Halim selaku tokoh Tionghoa juga mengungkapkan salah satu cara untuk menjaga kebhinekaan yang ada di  yaitu dengan memberikan pengajaran kepada generasi penerus tentang arti saling menghormati, membangun kebersamaan dan meminimalkan perbedaan.

Boleh membuka diri untuk negara lain, tetapi jangan lupa jati diri sebagai bangsa , tutur Halim.

Senada dengan narasumber lainnya, Habib Husein Baagil mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas keberagaman yang dimiliki oleh bangsa  dan merupakan suatu berkah dapat tinggal di .

Kepada seluruh umat beragama di , Habib berpesan agar mengutamakan stabilitas diatas kepentingan lainnya dan jangan menggunakan agama untuk kepentingan sektoral.

Kamu tidak boleh mencampur adukkan agamamu dengan agama orang lain sebab akidah menjadi indah apabila mereka saling menghormati dan saling menghargai, tutup Husein Ba’agil.

Dikemas secara outdoor, acara tersebut disiarkan secara live melalui Channel YouTube Kodam4Diponegoro,  TV,  TV dan streaming melalui 107.5 FM Radio Suara Diponegoro, 89,4 TOP FM , RRI  dan direlay di beberapa radio swasta se-Jateng. (had)

📲 Ingin update berita terbaru dari Satujuang> langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.

Apa Tanggapanmu?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *