Jakarta- Alam semesta adalah ruang yang sangat luas dan kompleks, hingga ilmuwan belum mampu memahaminya secara menyeluruh.
Salah satu upaya menjelaskan bagaimana alam semesta berkembang datang dari Nicole Granucci, fisikawan Universitas Quinnipiac, Amerika Serikat, yang menggunakan analogi proses memanggang kue.
Teori Big Bang dan Awal Mula Alam Semesta
Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta berawal dari singularitas, sebuah titik kecil yang sangat padat dan panas, sekitar 13,8 miliar tahun lalu.
Singularitas ini kemudian mengalami ekspansi luar biasa cepat, menciptakan ruang dan waktu.
Gravitasi kemudian membentuk gas-gas menjadi bintang dan galaksi, hingga menciptakan struktur alam semesta seperti yang kita kenal saat ini.
Meski dikenal luas, istilah “Big Bang” dinilai kurang tepat karena pembentukan alam semesta bukanlah ledakan besar, melainkan ekspansi cepat yang menyerupai proses pengembangan adonan kue dalam oven.
Alam Semesta seperti Adonan Kue
Granucci menggambarkan pembentukan alam semesta seperti adonan muffin yang dipanggang.
Saat adonan mengembang di dalam oven, kepingan cokelat atau blueberry dalam adonan akan saling menjauh.
Begitu pula dengan galaksi-galaksi dalam alam semesta yang terus menjauh satu sama lain seiring dengan ekspansi.
Namun, berbeda dengan kue dalam loyang, alam semesta tidak mengembang ke luar, melainkan ke dalam dirinya sendiri.
Analogi ini membantu menjelaskan proses pengembangan dan perluasan alam semesta secara sederhana kepada masyarakat umum.
Ekspansi Alam Semesta dan Energi Gelap
Konsep alam semesta yang terus mengembang pertama kali dicetuskan oleh fisikawan Alexander Friedman pada 1922.
Visualisasi “corong ekspansi” sering digunakan untuk menggambarkan bagaimana alam semesta terus meluas setelah peristiwa Big Bang.
Namun, sumber energi yang mendorong percepatan ekspansi ini masih menjadi misteri.
Para ilmuwan menyebutnya sebagai energi gelap, meskipun hingga kini mereka belum dapat mendeteksi atau mengukurnya secara langsung.
Granucci menegaskan bahwa ekspansi ini akan terus berlangsung, menyebabkan jarak antara galaksi, termasuk Bima Sakti, semakin jauh seiring waktu.
Fenomena ini menunjukkan betapa alam semesta adalah entitas yang dinamis dan terus berkembang.(Red/detik)