Karimun – Kabupaten Karimun yang berpenduduk lebih dari 200 Ribu jiwa, hingga saat ini masih terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan.

Misalnya Komoditi pertanian untuk pangan, diketahui Kabupaten Karimun masih mengandalkan suplay dari wilayah Sumatra dan Jawa, seperti Cabai, Beras serta produk lainnya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Untuk produk pertanian cabai yang sangat melekat di tengah masyarakat inipun menghabiskan jumlah yang tidak sedikit dalam setiap minggunya.

Dari catatan dinas pertanian, kebutuhan cabai mencapai 14 Ton perpekannya. Namun, kemampuan produksi hanya mencapai 3-4 Ton saja.

Mensiasati hal itu, diakhir tahun ini, pemerintah akan mengalokasikan anggaran penanaman cabai di atas lahan sekitar 55 hektar.

“Karimun hanya mampu produksi 3-4 ton per Minggu. Maka dapat ditotalkan bahwa kebutuhan cabai ini masih minus 11 ton per minggu, menghitung dari kebutuhan melalui banyaknya jumlah penduduk perkapita,” ujar Sukriyanto, Kadis Pertanian, Rabu (24/8/22).

Sementara sisanya, kata dia, Karimun mengandalkan pasokan cabai yang berasal dari luar daerah seperti Sumatra Barat, Medan dan Jawa.

“Masalah pertanian ini tidak sederhana, belum masalah cuaca, apalagi faktor geografis kita. Tentu ini memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Termasuk memperkuat sistem logistik kita,” ungkapnya.

Namun demikian, kondisi ini akan terus ditopang melalui berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Pangan dan Pertanian Karimun dalam memenuhi kebutuhan cabai di Karimun.

Adapun dukungan penanaman cabai yakni bersumber dari APBN Provinsi Kepri berupa 10 hektar lahan untuk cabai rawit dan 20 hektar lahan cabai merah, lalu alokasi BNI untuk koperasi Plasma Agri Kundur seluas 25 hektar untuk cabai merah dan 5 hektar dari APBD Karimun.

“Juga sudah ada kerjasama koperasi yang di Kundur dengan yang di batam. Apabila masuk masa panen, mereka sudah menjalin kerjasama. Artinya mereka sudah punya pangsa pasar lah,” ucap dia.

Sukriyanto menambahkan, upaya ini dilakukan untuk meminimalisir dominasi kebutuhan pasokan bahan pokok cabai dari luar daerah, meski di tengah keterbatasan secara geografis.

“Kondisi geografis memang menjadi salah satu kendala dalam memenuhi kebutuhan cabai di Karimun. Tapi tetap potensi itu ada, minimal yang tadinya maksimal 4 ton, kita bisa di angka 7 ton. Artinya memperkecil pasokan dari luar daerah itu,” tutup dia. (red/Esp)