Menu

Mode Gelap
UMP 2025 Naik, Berikut Rincian di Beberapa Provinsi Tikus Dalam Rumah? Ini Bahaya dan Cara Mengatasinya Dugaan Korupsi Tata Niaga Timah, Harvey Moeis Dituntut 12 Tahun Penjara Nikmati Meta AI dan Fitur Canggih WhatsApp Versi Terbaru Pemdes Air Kopras Salurkan BLT-DD Untuk 47 KPM Membatalkan Salat Saat Bencana Alam? Ini Pandangan Islam

SJ News

Bedah Serat Wulang Reh, DPD Permadani Semarang Gelar Sarasehan Budaya

badge-check


Ketua DPD Permadani Kota Semarang, Subardo, SH saat memberikan sambutan Sarasehan Budaya di Pendhapa Kinanthi, Wonolopo, Mijen, Semarang Perbesar

Ketua DPD Permadani Kota Semarang, Subardo, SH saat memberikan sambutan Sarasehan Budaya di Pendhapa Kinanthi, Wonolopo, Mijen, Semarang

Semarang – Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional (Permadani) Kota Semarang membedah makna Serat Wulang Reh dalam sebuah sarasehan.

Sarasehan Budaya ini berlangsung di Pendhapa Kinanthi, Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen, Semarang, Rabu (15/2/23) malam.

Serat Wulang Reh adalah sebuah karya sastra berupa tembang Macapat karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV.

Ia adalah seorang Raja Surakarta yang lahir di tahun 1768 dan bertahta pada tahun 1788 hingga wafat pada tahun 1820.

Wulang dapat dimaknai sebagai pitutur (ajaran), Reh sendiri mempunyai makna aturan atau laku cara mencapai sesuatu.

Sesuatu disini dapat diartikan sebuah laku menuju keharmonisan hidup yang sempurna.

Sarasehan Budaya dengan topik utama “Satleraman Serat Wulang Reh” ini menghadirkan pemerhati budaya Bambang Supriyono yang mendapat anugerah gelar dari Keraton Surakarta Hadiningrat dengan gelar KRAT Priyono Rekso Dwijoningrat.

Ketua DPD Permadani Kota Semarang, Subardo mengatakan, sarasehan budaya untuk yang kali pertama dilaksanakan ini merupakan kolaborasi dengan Permadani Cabang Kecamatan Mijen.

Tujuannya agar dapat lebih dimengerti dan dipahami terkait budaya adiluhung khususnya Budaya Jawa.

Diharapkan dalam sarasehan yang digelar ini audien dapat bertanya kepada narasumber terkait pemaknaan Serat Wulang Reh secara lebih rinci.

Sehingga dapat lebih memahami makna yang terkandung dalam karya sastra Sri Susuhunan Pakubuwana IV tersebut.

“Sarasehan budaya ini kita laksanakan dengan tujuan untuk nduduk, ndudah, menggali kebudayaan nasional kita, agar dapat dikenal lagi oleh masyarakat yang saat ini sudah mulai hilang,” tutur Subardo.

Subardo berharap, sarasehan budaya ini dapat menambah khasanah wawasan budaya Jawa.

“Agar tidak hilang tergerus budaya barat dengan kecanggihan teknologinya yang tak dapat dibendung,” kata Subardo yang juga anggota Polri berdinas di Polsek Mijen.

Dikatakannya, pihaknya bersama Permadani Cabang Mijen akan berupaya menggelar sarasehan budaya secara rutin dalam setiap bulannya dan terbuka untuk umum.

“Jadi tidak hanya keluarga Permadani saja, tapi kalangan umum siapun boleh ikut,” ujar Subardo.

Rencananya, sarasehan budaya yang kali pertama dilaksanakan ini dilaksanakan berkelanjutan sebulan sekali dengan menghadirkan narasumber dan meteri yang berbeda.

“Kalaupun nanti ada permintaan dari audien, kita akan akomodir kemauan audien seperti apa, akan kita sesuaikan topik dan narasumber yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan,” pungkas Bardo.

Dalam sarasehan tersebut, selain dihadiri keluarga besar Permadani Cabang Mijen, juga hadir Ketua Komite Seni Budaya Nasional (KSBN) Jawa Tengah Agus Waryanto.

Lalu ada juga Ketua DPP Permadani Suyitno Yoga Pamungkas serta mengundang masyarakat sekitar Kelurahan Wonolopo untuk dapat mengikuti sarasehan. (red/hdi).

Trending di SJ News