Satujuang- Air sumur warga Desa Ulak Pandan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur berubah menjadi keruh dan mengeluarkan aroma tak sedap (bau busuk).
Dugaan sementara air sumur milik warga ini tercemar limbah PT Kuala Gunung Sejahtera (KGS) yang mengalir di sungai Perumbaian.
Hal ini dikuatkan karena jarak sumur dan sungai yang hanya berkisar 20 meter. Ditambah lagi, air sungai Perumbaian sering ditemukan berubah warna dan mengeluarkan aroma busuk pada malam hari.
“Kondisi air sumur berubah menjadi keruh dan mengeluarkan bau busuk,” ungkap Hartono (42), salah satu warga desa Ulak Pandan beberapa waktu lalu.
Sekarang untuk konsumsi sehari-hari, ia dan keluarga tidak lagi menggunakan air sumur. Ia terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya.
Karena khawatir air sumur mengandung bakteri, dan beresiko pada kesehatan anggota keluarganya jika dikonsumsi.
Mengatasi hal tersebut, Hartono berinisiatif menyaring air sumur dengan cara tradisional menggunakan kain dan bebatuan kecil sebelum digunakan.
“Perbedaannya cuma pada warna, kalau untuk aroma busuknya masih ada mas,” terang Hartono.
Setidaknya, kata dia, dengan cara ini bisa menimalisir dari kuman-kuman yang terdapat pada kandungan air sumur.
“Sebenarnya saya kurang tahu, kenapa air sumur saya ini berubah warna dan mengeluarkan aroma busuk. Dugaan sementara saya, ini faktor dari aktivitas pembuangan limbah pabrik kelapa sawit diatas ini,” bebernya.
Menyikapi kondisi ini, awak media mencoba mengkonfirmasi salah satu pejabat di PT KGS, Pitros, untuk menanyakan bagaimana hasil laboratorium pemeriksaan air sungai yang sempat dilakukan bulan lalu.
Namun, hingga saat ini belum ada jawaban dari pihak PT KGS. Sehinga belum bisa dipastikan penyebab tercemarnya air sumur milik warga ini.
Dilain pihak, kepala desa (Kades) Tanjung Pandan, Razit, ketika diwawancarai menuturkan bahwa kejadian serupa pernah terjadi pada awal Agustus kemarin.
“Kejadian itu bertepatan dengan proses pengambilan sampel air sungai Perumbaian oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaur waktu itu,” terang Razit saat ditemui di kantor desa, Kamis (5/9/24).
Sekarang kata dia, muncul lagi masalah yang sama. Ia berharap PT KGS mengambil langkah cepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
Demi keselamatan warga desanya dari dampak bahaya air yang menjadi sumber dari kehidupan masyarakat.
Selaku Kades, Razit juga mempertanyakan hasil uji laboratorium yang dilakukan awal Agustus kemarin.
“Jika memang uji leb belum bisa dikeluarkan oleh dinas terkait, maka ada kemungkinan tempat limbah ini akan kami tutup. Karena sudah mengkhawatirkan sekali,” pungkas Kades. (Tas)
📲 Ingin update berita terbaru dari Satujuang langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.