Satujuang- Vaping atau penggunaan rokok elektronik semakin populer di kalangan masyarakat, namun dampak negatifnya tidak bisa diabaikan.
Salah satu masalah yang sering dialami pengguna vape adalah bibir kering. Menurut Dr. Arini Astasari Widodo, SM, SpDVE, bahan utama dalam cairan vape, yaitu propilen glikol dan gliserin, bersifat higroskopis dan dapat menarik kelembapan dari lingkungan sekitar.
Ketika dihirup, bahan-bahan ini dapat mengurangi kelembapan di mulut dan sekitar bibir, sehingga bibir menjadi kering dan rentan pecah-pecah.
“Propilen glikol dan gliserin dapat mengeringkan bibir karena sifat higroskopisnya yang menarik kelembapan dari kulit,” jelas Dr. Arini, Selasa (4/6/24).
Selain itu, nikotin dalam cairan vape menyebabkan vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah, yang mengurangi aliran darah ke jaringan sekitar mulut dan bibir.
Penurunan aliran darah ini mengurangi suplai nutrisi dan oksigen ke bibir, memperlambat proses penyembuhan alami, dan menyebabkan bibir menjadi kering serta pecah-pecah.
“Nikotin menghambat aliran darah, yang membuat bibir lebih rentan terhadap kekeringan dan kerusakan,” tambah Dr. Arini.
Bahan kimia dalam uap vape juga dapat memicu respons peradangan atau reaksi alergi pada beberapa individu.
Peradangan kronis ini merusak lapisan pelindung alami kulit bibir, membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan pecah-pecah. Beberapa perasa dan aditif dalam cairan vape juga bisa memperburuk kondisi ini.
“Beberapa bahan kimia dalam vape bisa menyebabkan reaksi alergi dan peradangan yang merusak kulit bibir,” ujar Dr. Arini.
Penelitian oleh Lee, C. H., et al. (2019) menemukan bahwa vapor rokok elektronik yang mengandung propilen glikol (PG) dan gliserin (VG) mengganggu fungsi barrier kulit, yang dibuktikan dengan peningkatan Trans-Epidermal Water Loss (TEWL).
Temuan ini menunjukkan bahwa mekanisme serupa dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi pada kulit bibir yang halus.
Studi tentang dermatitis kontak oleh Czarnota, J., et al. (2021), dan Saint-Germain, L., et al. (2020), menekankan sifat iritan dari PG yang dapat meluas ke permukaan mukosa bibir, menyebabkan kekeringan dan dermatitis.
“Penelitian menunjukkan bahwa PG dapat menyebabkan iritasi kulit dan bibir, yang memicu kekeringan dan kerusakan,” pungkas Dr. Arini.(Red/kompas)