Kuliah umum ini menghadirkan narasumber berkompeten di bidangnya yaitu Rektor IPB University Prof. Arif Satria.
Disampaikan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, bahwa disrupsi ini bukan lagi disongsong namun telah ada di tengah masyarakat. Disrupsi sesungguhnya mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk ke arah kemajuan, kemudahan dan kecepatan dalam segala hal.
“Jadi kuliah umum ini jelas sangat berguna dalam apa yang harus dilakukan perguruan tinggi terhadap kemajuan teknologi dan zaman. Dan kami jajaran birokrasi dan masyarakat tetap bersandar dengan perguruan tinggi dan teknologi,” terang Gubernur Rohidin.
Lebih lanjut dijelaskan Gubernur, disrupsi merupakan sebuah era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara yang baru. Akibatnya pemain yang masih menggunakan cara dan sistem lama akan kalah bersaing.
“Jadi saya harapkan kuliah umum ini menjadi rujukan bagi mahasiswa dan jajaran akademika UNIB mengembangkan dunia pendidikan. Sehingga harus bertransformasi menjadi kampus dengan pendekatan teknologi dan perkembangannya,” tutupnya.
Dijelaskan Rektor IPB University Prof. Arif Satria, terjadinya era disrupsi disebabkan oleh 3 faktor utama, yaitu dampak perubahan iklim, dampak revolusi industri 4.0 dan dampak pandemi COVID-19. Sehingga muncul disrupsi dan model ekonomi baru di dunia begitu juga di Indonesia.
“Dari disrupsi ini muncul model ekonomi green/ blue economy sebagai dampak perubahan iklim, sharing/ digital economy dari revolusi industri 4.0 dan new normal akibat dari pandemi COVID-19,” jelas Prof. Arif Satria dalam kuliah umumnya. (rls)