Jakarta- Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbaik di dunia, dengan aroma khas robusta dan arabika yang mendunia.
Namun, di balik prestasi ini, terdapat tantangan besar berupa produktivitas yang jauh tertinggal dibandingkan negara pesaing seperti Brasil dan Vietnam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia mencapai 758,7 ribu ton pada 2023, menjadikannya produsen kopi terbesar ketiga dunia.
Ekspor kopi sepanjang Januari hingga September 2024 pun meningkat 29,82 persen dengan nilai USD 1,49 miliar. Meski angka ini tampak positif, produktivitas kopi Indonesia masih stagnan.
Dengan rata-rata 1,02-1,2 ton per hektare, produktivitas Indonesia jauh di bawah Vietnam yang mencapai 3-3,6 ton per hektare, dan Brasil yang mendominasi dengan 3,2 juta ton produksi tahunan.
Menurut Guru Besar IPB, Dwi Andreas Santosa, kenaikan peringkat Indonesia menjadi posisi ketiga lebih karena penurunan produksi negara lain daripada peningkatan signifikan di Indonesia.
Masalah mendasar, seperti varietas kopi tua, keterbatasan pupuk, minimnya tenaga penyuluh, serta kebijakan yang kerap berganti, membuat produktivitas sulit meningkat.
Cuaca Ekstrem dan Dampak pada Ekspor Kopi
Kondisi cuaca ekstrem, seperti El Nino pada 2023, memperparah situasi dengan menyebabkan gagal panen robusta di dataran rendah dan keterlambatan pembungaan kopi.
Dampaknya, pasokan kopi dalam negeri berkurang pada semester I 2024, sehingga ekspor menurun dan impor kopi meningkat hingga 67,65 ribu ton.
Solusi: Peremajaan dan Sinergi Jangka Panjang
Peningkatan produktivitas kopi membutuhkan langkah strategis, termasuk peremajaan tanaman, penyediaan varietas unggul, serta program sinergi jangka panjang antara pemerintah, petani, dan pengusaha.
Namun, hingga kini, upaya ini masih terhambat oleh kurangnya dukungan dan keberlanjutan program.
Meski begitu, Indonesia memiliki peluang besar di pasar global melalui diversifikasi produk kopi olahan, seperti kopi instan dan ekstrak.
Ekspor kopi olahan mencatatkan angka yang menjanjikan, menunjukkan potensi besar jika produktivitas di hulu dapat ditingkatkan.
Dwi Andreas menegaskan, tanpa perbaikan mendasar, posisi Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga dunia sulit dipertahankan.
Langkah peremajaan dan perluasan lahan menjadi kunci untuk menjaga daya saing dan memastikan keberlanjutan industri kopi nasional.(Red/kumparan)