Satujuang- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa pembangunan jaringan gas (jargas) sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG dan memperkuat kedaulatan energi nasional.
Menurutnya, tanpa pengembangan jargas, Indonesia akan terus bergantung pada impor yang semakin lama bisa berdampak buruk pada ekonomi dan kemandirian bangsa.
Saat ini, konsumsi LPG nasional mencapai 8 juta ton per tahun, sementara kapasitas produksi dalam negeri hanya sekitar 1,7 juta ton.
Dengan demikian, Indonesia harus mengimpor sekitar 6-7 juta ton LPG setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan. Bahlil menilai hal ini tidak berkelanjutan dan berisiko tinggi bagi kedaulatan energi nasional.
Sebagai solusi, pemerintah merencanakan pembangunan industri gas yang mampu memproduksi gas berkualitas untuk dikonversi menjadi LPG, seperti propana (C3) dan butana (C4).
Berdasarkan perhitungan bersama SKK Migas dan Pertamina, kapasitas produksi gas di dalam negeri diperkirakan mencapai 1,5-2 juta ton, sementara sisanya akan dipenuhi melalui jargas.
Bahlil juga menyoroti bahwa jaringan gas yang sudah ada di beberapa daerah belum optimal. Sebagai contoh, di Jawa Timur jargas baru mencakup 6 persen, Jawa Barat 4 persen, dan Jawa Tengah hanya 2 persen.
Salah satu kendala utama adalah kurangnya pembangunan infrastruktur pipa gas. Oleh karena itu, ia telah meminta dukungan dari Kementerian Keuangan.
Hal itu untuk mempercepat pembangunan pipa gas sebagai “jalan tol energi” guna menekan biaya dan memastikan harga gas yang terjangkau bagi rakyat.
Bahlil menegaskan bahwa dirinya berpegang teguh pada prinsip kedaulatan energi, yaitu mengelola sumber daya alam dengan berdiri di atas kaki sendiri.(Red/antara)
π² Ingin update berita terbaru dari