Satujuang- Nilai tukar rupiah terus mengalami penurunan tajam, mencapai titik terendahnya dalam hampir dua tahun terakhir, dipicu oleh ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel.
Dilansir dari Kumparan, pada Rabu (17/4) pukul 12:00 WIB, rupiah terjun bebas ke level Rp 16.236 per dolar AS, menurut data dari Bloomberg.
Angka ini merupakan titik terendah sejak Maret 2020, mengindikasikan tekanan besar yang dihadapi oleh mata uang Indonesia dalam menghadapi situasi global yang semakin tidak stabil.
Pemicu utama dari pelemahan tajam ini adalah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel, dua kekuatan regional yang telah lama terlibat dalam konflik geopolitik.
Spekulasi atas kemungkinan eskalasi konflik di Timur Tengah telah memicu kekhawatiran di pasar keuangan global, memicu pelarian investor dari aset-aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Reaksi pasar terhadap ketegangan antara Iran dan Israel telah sangat terasa, dengan pelaku pasar melakukan penjualan besar-besaran terhadap rupiah.
Ini merupakan tantangan serius bagi Bank Indonesia, yang berjuang untuk menjaga stabilitas mata uang dalam situasi yang semakin tidak pasti.
Bank sentral kemungkinan akan diperhadapkan pada tekanan untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna meredam pelemahan nilai tukar rupiah.
Meskipun Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas mata uang, termasuk intervensi pasar dan pengetatan kebijakan moneter, namun dampak dari ketegangan geopolitik global masih mendorong rupiah ke arah yang tidak menguntungkan.
Dengan kondisi ini, para pelaku pasar dan pengamat ekonomi akan terus memantau perkembangan situasi ini dengan cermat, sambil berharap adanya langkah-langkah yang lebih lanjut untuk mengurangi tekanan terhadap rupiah.(NT)
Komentar