Jakarta- Promosi doktor Bahlil Lahadalia di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) menuai polemik, namun dinilai tetap sesuai jalur akademik oleh para akademisi.
Dr. Teguh Dartanto, co-promotor dalam promosi doktor Bahlil, menegaskan bahwa kritik harus berbasis fakta dan kajian dari sumber asli.
Menurutnya, Bahlil telah mengikuti prosedur yang benar sesuai aturan, dengan pertanyaan penelitian yang relevan terkait kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia.
Teguh menyebut bahwa Bahlil memiliki akses data dan sumber daya untuk mendukung penelitiannya, yang akan memberikan dampak besar bagi kebijakan hilirisasi ke depan.
Penelitiannya tidak hanya sesuai aturan administrasi, tetapi juga ditujukan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.
Selama proses penelitian, tim promotor terlibat dalam diskusi mendalam, dan Bahlil diminta turun langsung ke lapangan, serta melakukan wawancara dengan ahli dari Korea, Tiongkok, dan Amerika Serikat.
Proses penelitian ini, menurut Teguh, telah memenuhi standar akademik tinggi, termasuk wawancara dengan pakar internasional yang memperkuat kerangka teoritis disertasi Bahlil.
Selain itu, secara administratif Bahlil memenuhi persyaratan masa studi yang diatur oleh UI.
Tim penguji dalam promosi doktor ini juga terdiri dari akademisi terkemuka yang independen, sehingga tidak ada indikasi kecurangan dalam kelulusan.
Akademisi lain, seperti Dr. Tasrifin Tahara dari Universitas Hasanuddin, menilai Bahlil layak menyandang gelar doktor dengan predikat cum laude.
Menurutnya, Bahlil telah menjalani semua proses akademik dengan baik dan disiplin, dari tahap penyusunan proposal hingga ujian terbuka. Proses pendidikan di SKSG UI dinilai ketat, tanpa memandang latar belakang mahasiswa.
Tasrifin menegaskan bahwa Bahlil aktif dan dekat dengan tema disertasinya, memiliki akses data yang memadai, serta menunjukkan kedisiplinan tinggi dalam menyelesaikan studi.
Hal ini membuat penyelesaian studinya dalam waktu empat semester dianggap wajar.(Red/rls)
📲 Ingin update berita terbaru dari