Oleh : Arie Saputra
Kawasan wisata Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) yang baru-baru ini viral karena sebuah insiden keributan antara salah satu oknum pedagang dengan pengunjung, menurutku menjadi sebuah titik klimaks dari gagalnya pengelolaan potensi wisata di Provinsi Bengkulu.
Bagaimana tidak Ditengah banyaknya program pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan sektor pariwisata, pemerintah hanya fokus pada pengembangan infrastruktur wisata semata.
Padahal pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata sangat penting guna mendukung percepatan pembagunan di sektor yang katanya menjadi salah satu tulang punggung Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini.
Kembali kepada kejadian di DDTS, menurutku kejadian serupa sering berlaku di beberapa titik wisata di Provinsi Bengkulu ini, bahkan bukan hanya wisata yang ada di Kota Bengkulu, di 9 kabupaten lainnya kejadian seperti di DDTS pun kerap terjadi.
Jadi akan sangat nafik ketika kita hanya menyorot persoalan yang terjadi di DDTS saja, karena kejadian di DDTS hanyalah puncak dari gunung es ketidakpedulian pemerintah terhadap SDM Pariwisata.
Contoh kecil, kita tak bisa menutup mata dengan maraknya parkir liar di hampir seluruh objek wisata yang ada di Bengkulu.
Apalagi di momen lebaran ini, para pedagang bahkan memanfaatkannya dengan gila-gilaan menaikkan harga dagangannya.
“Sekali setahun pulo tobo ini berkunjung ke tempat kito”.
Kalimat yang sering didengar sebagai narasi pembelaan oleh beberapa oknum pengelola wisata, atau masyarakat yang mematok harga parkir kendaraan yang tinggi karena pengunjung “numpang” parkir di depan pekarangan rumahnya.
Selain itu, setiap tahun anggaran bisa dipastikan selalu ada alokasi dana dari APBD untuk pelatihan ataupun pengembangan SDM pengelolaan wisata, baik berupa pelatihan, workshop maupun Bimtek.
Hanya saja selama ini anggaran tersebut terkesan sia-sia karena sampai saat ini pengelolaan wisata di Provinsi ini masih amburadul.
Kenapa amburadul Karena pemerintah hanya setengah hati menjalankan program pengembangan SDM pariwisata.
Bahkan sudah bukan rahasia umum, peserta pelatihan pengelolaan SDM wisata yang dilakukan hanya mengundang oknum itu-itu saja, yang memiliki kedekatan emosional. Yang penting serapan anggaran tercapai, laporannya ada, SPj lengkap.
Walaupun fiktif. Ups… keceplosan.
Penulis merupakan seorang wartawan di salah satu media massa di Bengkulu