Semarang – Peresmian Pasar Johar Kota Semarang oleh Presiden RI, Ir Joko Widodo pada Rabu (5/1/22), diwarnai protes dan tangis sejumlah pedagang lama.
Para pedagang merasa letak kios tidak sesuai penempatannya, bahkan ada yang belum menerima kios untuk berjualan di loss Pasar Johar Semarang.
Pendamping sejumlah pedagang lama Pasar Johar, Didik Agus Riyanto, SH (Ketua LBH & LSM BUSER INDONESIA) mengungkapkan, banyak pedagang lama yang hingga saat ini tidak menerima hak kiosnya di dalam Pasar Johar yang baru.
“Ada 800an pedagang yang kami dampingi mas. Keluhannya tidak menerima haknya, malah banyak pedagang baru yang dulunya tidak ada di Pasar Johar sekarang malah punya kios,” jelas Didik kepada awak media, Kamis (6/1).
Didik melanjutkan, justru yang dapat pedagang dari luar pedagang cagar budaya, seperti dari Yaik dan Kanjengan juga pedagang baru, sedangkan pedagang asli korban kebakaran Pasar Johar, hampir separuh belum mendapat tempat dan terlempar keluar.
Bahkan menurut Didik, ada dugaan manipulasi data melalui aplikasi E Pandawa, saat proses penataan oleh oknum-oknum tertentu. Kini sudah dalam proses penyidikan di Ditreskrimsus Polda Jateng.
“Hari ini (Kamis, 6/1), sebenarnya kita akan difasilitasi oleh Ka Sat Pol PP untuk mediasi, tapi hingga sekarang (siang menjelang sore) belum ada kabar dari Pak Fajar,” terang Didik.
Fera, salah satu pedagang konveksi di Pasar Johar bagian Utara, sempat menyampaikan langsung keluhan dihadapan Presiden dengan disaksikan oleh Wali Kota Semarang H Hendrar Prihadi, SE MM.
Fera menyampaikan, bahwa banyak para pedagang lama korban kebakaran terlempar keluar dari dalam Pasar Johar tempatnya berjualan dulu. Ia berharap, supaya lapaknya dan pada pedagang lain bisa dikembalikan sesuai zonasi semula.
Begitu pula yang disampaikan oleh Hj Narti, yang sempat bersimpuh di kaki Presiden RI, agar kiosnya bisa dikembalikan seperti sebelum kebakaran dulu.
Ada juga keluhan dari Andriani yang berusia sekitar 70 tahun, berharap kiosnya bisa ditempatkan di lantai dasar, karena faktor usia tidak sanggup jika ditempatkan di lantai 4.
Padahal menurut Andriani, sejak berjualan tahun 1975 lalu, menempati di los lantai dasar, tapi setelah Pasar Johar Baru jadi kok sekarang ditempatkan di lantai 4. (had)