Menu

Mode Gelap
Produksi Pangan Meningkat, Prabowo Pastikan Stop Impor Beras 2025 Panduan Memilih Ekstensi Domain yang Tepat untuk Website Anda Banyak Semut di Rumah? Ini Cara Efektif Membasminya Prabowo Pastikan Penurunan Harga Tiket Tidak Bebani Maskapai Ario Tejo Bayu Aji Sukses Pimpin Jalin, Terima Penghargaan Top 100 CEO 2024 Studi Ungkap Karakter Hewan Tingkatkan Keterampilan Sosial Anak

Edukasi

Menguak Sejarah Kerupuk, Camilan Renyah Berusia Seabad

badge-check


Kerupuk Perbesar

Kerupuk

Jakarta- Kerupuk telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam budaya bersantap Nusantara.

Sensasi ‘kriuk’ dan tekstur renyahnya menciptakan kontras yang unik dengan makanan utama, memberikan pengalaman makan yang lebih lengkap.

Ternyata, kerupuk sudah dikenal sejak berabad-abad silam, terbukti dari penyebutan kata “kerupuk” atau “kurupuk” dalam prasasti, naskah kuno, dan karya sastra Jawa, seperti Kakawin Sumanasāntaka dari abad ke-13 karya Mpu Monaguna.

Dalam teks ini, kerupuk tercatat sebagai salah satu makanan yang diperdagangkan di era Jawa kuno.

Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, menjelaskan bahwa kerupuk pada masa itu dibuat dari bahan kulit hewan seperti sapi, kerbau, atau rusa.

Berbeda dengan sekarang, kerupuk kuno tidak digoreng dengan minyak kelapa sawit, melainkan disangrai menggunakan pasir. Teknik ini sudah dikenal jauh sebelum minyak goreng berbahan kelapa sawit digunakan.

Beberapa masyarakat Jawa kuno juga menggoreng kerupuk dengan minyak kelapa atau klentik, namun penggunaan pasir tetap lebih umum.

Kerupuk bukan hanya makanan khas Jawa, meskipun sebagian besar bukti keberadaannya ditemukan di sana. Fadly menekankan bahwa asal-usul kerupuk masih diperdebatkan.

Istilah “keropok” di Semenanjung Melayu menunjukkan bahwa kerupuk juga dikenal luas di wilayah tersebut.

Mengingat hubungan historis antara Jawa dan Semenanjung Melayu pada masa Kerajaan Majapahit, diduga bahwa pengaruh kuliner Jawa, termasuk kerupuk, menyebar ke wilayah tersebut. Penyebutan kerupuk dalam prasasti sebelum abad ke-10 memperkuat teori ini.

Trending di Edukasi