Jakarta- Perkataan yang dilontarkan orang tua kepada anak memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan mental dan pola pikir mereka.
Kalimat yang terkesan biasa saja dapat membentuk keyakinan anak terhadap dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk berhati-hati dalam memilih kata.
Dalam buku 13 Things Mentally Strong Parents Don’t Do karya Amy Morin, disebutkan bahwa pola komunikasi orang tua menjadi kunci dalam membentuk anak yang tangguh secara mental.
Jika tidak bijak, ucapan orang tua dapat menanamkan mentalitas korban pada anak atau membuat mereka merasa tidak mampu menghadapi tantangan hidup. Berikut lima kalimat yang sebaiknya dihindari:
1. “Kami tidak akan pernah mampu membelinya.”
Ucapan ini dapat menanamkan mentalitas kekurangan pada anak. Sebagai gantinya, ajarkan mereka konsep pengelolaan keuangan dan prioritas.
Misalnya, katakan, “Kita belum mampu membelinya sekarang, tetapi kita bisa menabung untuk itu.” Dengan cara ini, anak belajar bahwa keinginan dapat dicapai melalui usaha dan perencanaan.
2. “Kamu membuatku sangat marah.”
Mengungkapkan emosi dengan menyalahkan anak hanya mengajarkan mereka untuk menghindari tanggung jawab.
Lebih baik katakan, “Aku tidak suka ketika kamu melakukan itu,” lalu jelaskan alasannya. Ini membantu anak memahami dampak perilakunya tanpa merasa disalahkan secara berlebihan.
3. “Saya benci pekerjaan saya.”
Keluhan semacam ini memberi pesan negatif tentang dunia kerja dan tanggung jawab. Sebaliknya, sampaikan kepada anak bahwa pekerjaan adalah bagian dari pilihan hidup.
Contohnya, “Pekerjaanku kadang melelahkan, tetapi aku melakukannya agar kita bisa memenuhi kebutuhan bersama.”
4. “Saya harus pergi ke toko.”
Kalimat ini menunjukkan bahwa orang tua terpaksa melakukan sesuatu, sehingga menciptakan kesan bahwa hidup adalah beban.
Ubah menjadi pernyataan yang menunjukkan pilihan, seperti, “Aku akan pergi ke toko agar kita punya persediaan makanan.”
Hal ini mengajarkan anak bahwa hidup adalah tentang membuat keputusan, bukan keterpaksaan.
5. “Semuanya akan baik-baik saja.”
Memberi harapan palsu bahwa segala hal akan selalu berjalan lancar tidak mempersiapkan anak menghadapi realitas.
Lebih baik akui perasaan mereka dan dorong mereka untuk mencoba lagi. Misalnya, “Aku tahu kamu kecewa, tetapi ini adalah kesempatan untuk berlatih lebih keras dan mencobanya lagi.”
Dengan memilih kata yang tepat, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang tangguh, optimis, dan bertanggung jawab.
Jangan sampai kata-kata yang terucap tanpa sadar merusak mentalitas anak di masa depan.(Red/detik)