Lakon Kikis Tunggorono, Awali Pentas Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang

Editor: Raghmad

Semarang– Wayang Orang Ngesti Pandawa mengawali gelaran pentas Wayang Orang di bulan April 2023.

Pentas yang digelar di Gedung Ki Narto Sabdo (TBRS) Jalan Sriwijaya, Semarang, Sabtu (1/4/23) malam itu mengangkat lakon Kikis Tunggorono.

Sutradara dalam kisah Kikis Tunggorono, Sunarno, secara garis besar mengisahkan, cerita pewayangan tersebut adalah perebutan batas wilayah Kadipaten Tunggorono antara dua kesatria, Boma Narakasura dengan Gatotkaca.

Alkisah perebutan wilayah Kadipaten Tunggorono semenjak paman dari Boma, yaitu Prabu Bomantara yang tak lain juga orang tua Kahana, Tunggorono menjadi jajahan Bomantara.

Dan setelah ayah Kahana mati maka Boma menjadi Raja di Trajutresno yang semula bernama Surateleng.

Sedangkan kala itu jaman kakeknya Gatotkaca mempunyai seorang abdi kinasih bernama Kalamaruta.Β  Pengabdian Kalamaruta kepada kakeknya Gatotkaca diganjar wilayah bumi (bumi perdikan) Tunggorono.

Sewaktu Gatotkaca menjadi Raja Pringgondani, Tunggorono menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Pringgondani.

Antara Boma dan Gatotkaca merasa saling berkuasa atas batas bumi perdikan Tunggorono sehingga terjadilah perselisihan antara Boma dan Gatotkaca.

Karena diantara keduanya tidak bisa didamaikan oleh orangtua masing-masing, maka diputuskanlah untuk diadakan perang tanding antara Boma dan Gatotkaca, dengan perjanjian tidak ada seorangpun yang boleh membantu dalam peperangan antara Boma dan Gatotkaca.

Dan jika ada yang membantu dalam perang tanding tersebut, baik itu dari keluarga Boma maupun Gatotkaca maka dianggap kalah.

Sehingga terjadilah peperangan antara Boma dan Gatotkaca yang sama-sama digdaya dengan kesaktiannya masing-masing, dimana keduanya tidak mengetahui jika sebelumnya ada perjanjian tidak boleh ada yang membantu dalam perang tanding tersebut.

Namun karena salah satu dari keluarga Boma yaitu Sumba, tidak menghendaki Tunggorono menjadi wilayah Pringgondani maka diutuslah Setiyaki membantu Boma memerangi Gatotkaca.

Karena campur tangan dari Setiyaki yang membantu Boma maka dianggap telah melanggar perjanjian sebelumnya, sehingga Boma dianggap kalah, karena sudah dibuat perjanjian sebelumnya, akhirnya Boma mengakui kekalahan tersebut.

Akhir kisah, diputuskanlah wilayah Kadipaten Tunggorono menjadi wewenang dan hak sepenuhnya Gatotkaca sebagai bagian dari wilayah Kerajaan Pringgondani.

Sebuah pelajaran dari sekelumit kisah dua kesatria, Boma dan Gatotkaca yang saling berperang mempertahankan wilayah ini dapat dipastikan akan menimbulkan bencana meskipun hanya sejengkal.

Dua kesatria pilih tanding yang dikisahkan dengan lakon Kikis Tunggorono dalam gelaran Wayang Orang Ngesti Pandawa, sutradara Sunarno ini, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat serta kaum muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya.

Selain itu Narno berharap, greget atau semangat nguri-uri (memelihara) budaya tidak hanya sebagai penonton saja, namun berani tampil ikut melestarikan kebudayaan bangsa.

“Ojo mung nonton tok, nek iso yo meluo tampil, pejabat wae yo melu tampil (jangan hanya menonton saja, kalau bisa ikutlah tampil, pejabat saja bersedia tampil),” pesan Sunarno usai pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandawa dengan mengambil lakon Kikis Tunggorono. (red/hdi).

πŸ“² Ingin update berita terbaru dari Satujuang langsung di WhatsApp? Gabung ke channel kami Klik di sini.

Apa Tanggapanmu?

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *