POHON merupakan salah satu makhluk hidup yang merasa-kan sebagaimana apa yang dirasakan setiap manusia.
Meski pohon membantu mengurai karbondioksida (C0²) dan memberikan oksigen (O²) untuk kelangsungan manusia, memberikan buah yang dihasilkannya, menghisap air agar tak terjadi banjir, menjadi bahan bakar untuk memasak makanan, tempat berteduh, dan kebermanfaatan lainnya, namun acapkali manusia berbuat zalim terhadap pohon.
Hanya didorong kepentingan pribadi dan ekonomi, keindahan dan kehidupan pohon (derita) tak lagi diperhatikan. Apa lagi ketika semarak musim publikasi politik dan sosialisasi sektor ekonomi yang dilakukan segelintir manusia. Tak sedikit pohon menjerit atas penderitaan yang menimpanya.
Di antara penderitaan tersebut tatkala segelintir manusia menjadikan pohon sebagai “media gratis” untuk mempublikasikan diri dan meraih peluang ekonomi.
Akibatnya, pohon “memikul derita” atas ulah segelintir oknum manusia berperadaban rendah. Tak sedikit pohon yang menderita, bercucuran darahnya (getah) yang keluar, membusuk bekas tusukan, berguguran daunnya, dan mati.
Ada beberapa bentuk derita dan jeritan pohon yang disebab-kan ulah segelintir manusia untuk mempublikasikan kepentingan dirinya, namun tak banyak yang peduli dan memberi-kan reaksi, antara lain :
Pertama, Bentuk publikasi yang tak memperdulikan derita dan secara sengaja menyakiti pohon akan memberi peluang mengecewakan atau menyakiti makhluk hidup lainnya (termasuk manusia). Banyak pohon yang dipaku (tanpa peduli jeritan pohon) yang dilakukan manusia untuk mempublikasi kepentingannya.