Satujuang, Bengkulu- Kota Bengkulu darurat sampah bukanlah bualan belaka, hal ini benar terjadi dan diakui oleh banyak pihak.

Pengakuan tersebut salah satunya datang dari anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Bengkulu, Erna Sari Dewi (ESD), Minggu (23/3/25).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

“Permasalahan terbesar di provinsi ini (Bengkulu) adalah permasalahan soal sampah,” tegas ESD.

Sampah di Bengkulu, kata ESD, produksinya bahkan mencapai 141 ribu ton pertahun dan tidak bisa dikelola dengan baik.

Bahkan, kata dia Bengkulu sudah dinyatakan darurat sampah. Karena begitu banyaknya sampah terutama di Kota Bengkulu.

“Ini berefek pada wisatawan yang datang, kemudian terhadap lingkungan,” imbuhnya.

Bahkan, lanjut ESD, 11,5 persen dari 141 ribu ton lebih sampah tersebut adalah sampah plastik.

Hal ini harus dijaga, karena sampah plastik sangat bahaya. Terurainya sangat lama sekali.

“Kalau lingkungan kita jorok, tidak bersih, siapa yang mau datang? Bagaimana menarik wisatawan datang ke provinsi ini?. Nah, ini harus kita jaga, bagaimana ekosistem daripada pariwisata ini akan lebih baik ke depan,” pungkasnya.

Pernyataan ini secara tidak langsung menampar kinerja dinas terkait selama kepemimpinan Wali kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu yang lama.

Persoalan sampah ini tentunya juga menjadi bagian dari dampak kebijakan kepemimpinan yang lama, sehingga menciptakan kondisi darurat sampah.

Darurat sampah ini sudah semestinya menjadi perhatian utama pemerintahan baru kota Bengkulu dibawah kepemimpinan Wali Kota baru yakni Dedy Wahyudi.

Menemukan formulasi dan kebijakan baru agar dapat menyelesaikan berbagai persoalan-persoalan mengenai sampah yang selalu terjadi setiap tahunnya.

Meskipun, notabene nya Dedy Wahyudi merupakan Wakil Wali Kota pada pemerintahan kota Bengkulu sebelumnya.