Satujuang- Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, MSc, adalah contoh nyata bahwa mimpi yang besar dan tekad yang kuat dapat mengubah nasib seseorang.
Meski pernah diejek karena cita-citanya dianggap terlalu tinggi, Iskhaq, yang dulunya kondektur bus kota, kini meraih gelar Guru Besar di Universitas Sriwijaya.
Keberhasilannya menunjukkan bahwa mimpi, sekecil apapun, bisa menjadi kenyataan jika diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Lahir pada 4 Oktober 1972 di Desa Jelabat BK 9 OKU Timur, Sumatera Selatan, Iskhaq tumbuh dalam kondisi serba terbatas.
Keterbatasan ekonomi dan fasilitas tidak menghalanginya untuk mengejar cita-cita. Berkat didikan orang tua dan semangatnya yang tak pernah padam, Iskhaq terus maju meski harus menghadapi berbagai tantangan.
Setelah merantau ke Palembang untuk kuliah, Iskhaq menghadapi perjuangan hidup yang berat. Dengan uang saku minim, ia bekerja sebagai kondektur bus dan kuli panggul pasar untuk bertahan hidup.
Meski harus menahan rasa malu, terutama saat berjumpa teman kuliah, Iskhaq tetap fokus pada pendidikan dan akhirnya berhasil melanjutkan studi ke jenjang S2 dan S3 di Universitas Tokyo, Jepang.
Sekembalinya ke tanah air, Iskhaq berkarier sebagai dosen dan kini menjabat sebagai Kepala LLDIKTI Wilayah II.
Dalam jabatannya, ia membina 180 perguruan tinggi di beberapa provinsi di Sumatera, Lampung, Bengkulu, dan Bangka Belitung.
Iskhaq bertekad untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Sumatera agar dapat bersaing di tingkat global.
Visinya adalah agar perguruan tinggi dan mahasiswa di Sumatera tidak hanya unggul di tingkat nasional, tetapi juga di kancah internasional.