Menu

Mode Gelap
Orientasi Anggota DPRD Bengkulu Resmi Ditutup, Plt Gubernur Beri Pesan Ini PTPP Selesaikan Proyek Pelabuhan East Java Multipurpose Terminal Tepat Waktu Doyan Belanja Pakai Pay Later, OJK Catat Pembiayaan BNPL Meningkat Israel Serang Target Hizbullah di Beirut, 37 Tewas dan 151 Terluka Pendaftaran Seleksi PPPK 2024 Dibuka, Simak Jadwalnya Berikut Bahaya Toxic Positivity, Mengapa Berpikir Positif Terlalu Keras Tidak Sehat?

SJ News

Mengenal Fenomena ‘Doom Spending’ yang Populer di Kalangan Milenial dan Gen-Z

badge-check


Mengenal Fenomena 'Doom Spending' yang Populer di Kalangan Milenial dan Gen-Z Perbesar

Mengenal Fenomena 'Doom Spending' yang Populer di Kalangan Milenial dan Gen-Z

Satujuang- “Doom spending” semakin populer di kalangan milenial dan Gen-Z, sebagai respons terhadap stres yang muncul dari situasi ekonomi yang tidak menentu.

Istilah ini merujuk pada kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan individu untuk meredakan perasaan pesimis terhadap ekonomi dan masa depan.

Menurut Profesor Bruce Y. Lee dari City University of New York, doom spending muncul akibat tekanan dari berbagai faktor, termasuk ketidakpastian politik dan krisis iklim.

Hal ini mendorong individu untuk membeli barang-barang sebagai pelarian dari stres, dan fenomena ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga secara global.

Contoh nyata adalah Stefania Troncoso Fernández, seorang wanita 28 tahun dari Kolombia. Dia mengungkapkan bahwa inflasi tinggi dan ketidakpastian politik membuatnya sulit untuk menabung.

Dua tahun lalu, meskipun pendapatannya lebih rendah, ia menghabiskan uang untuk pakaian dan perjalanan sebagai cara untuk merasa lebih baik.

Banyak orang di sekitarnya mengalami hal serupa, menciptakan pola pengeluaran yang tidak sehat.

Studi dari CNBC menunjukkan bahwa hanya 36,5% orang dewasa merasa lebih baik secara finansial dibandingkan orang tua mereka.

Ylva Baeckström, dosen senior keuangan di King’s Business School, menyatakan bahwa generasi saat ini adalah yang pertama mungkin lebih miskin daripada orang tua mereka, menciptakan perasaan tidak akan pernah mencapai standar yang ditetapkan sebelumnya.

Untuk mengatasi doom spending, penting untuk memahami hubungan kita dengan uang. Baeckström menjelaskan bahwa pola pengeluaran sering kali terbentuk sejak masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh cara keluarga mengelola keuangan.

Trending di SJ News