Jakarta- Isra Miraj adalah peristiwa luar biasa yang dialami Rasulullah SAW atas kuasa Allah SWT.
Peristiwa ini melibatkan dua perjalanan penting: Isra, perjalanan malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina, dan Miraj, perjalanan naik ke Sidratul Muntaha di langit tertinggi.
Kedua peristiwa ini bertujuan untuk menerima perintah sholat lima waktu dan memperlihatkan kepada Rasulullah SAW tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Dalil tentang Isra Miraj termaktub dalam Al-Qur’an, seperti dalam Surat Al-Isra ayat 1 yang menjelaskan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa.

Dalam ayat ini, Allah SWT menyebut Masjid Al-Aqsa sebagai tempat yang diberkahi di sekelilingnya, tempat Allah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Sementara itu, Surat An-Najm ayat 13-14 menggambarkan Nabi Muhammad SAW melihat Jibril dalam wujud aslinya di Sidratul Muntaha.
Peristiwa ini terjadi pada malam Senin, 27 Rajab, tahun ke-10 kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Isra dan Miraj disebutkan secara terpisah dalam Al-Qur’an, menunjukkan bahwa keduanya merupakan mukjizat yang berbeda namun memiliki esensi yang sama, yakni untuk memperlihatkan kebesaran Allah SWT.
Isra adalah mukjizat di bumi yang tidak mungkin dilakukan manusia, sedangkan Miraj adalah perjalanan luar biasa yang bahkan para malaikat tidak mampu melakukannya.
Sidratul Muntaha, tempat akhir perjalanan Rasulullah SAW, memiliki keistimewaan khusus.
Dalam hadits, Ibnu Mas’ud RA menyebut Sidratul Muntaha sebagai tempat di mana perjalanan makhluk dari bumi dan langit berakhir.
Imam Nawawi menambahkan, hanya Rasulullah SAW yang mampu melampaui batas ini untuk bertemu langsung dengan Allah SWT, menegaskan kedudukan unik Nabi sebagai utusan Allah SWT.
Peristiwa Isra Miraj menjadi momentum penting dalam Islam, menegaskan kewajiban sholat lima waktu sebagai tiang agama dan memperkuat keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT.
Perjalanan ini juga menjadi pengingat akan keagungan Allah yang melampaui langit dan bumi.(Red/detik)